Pemikiran Martin Buber bercerita mengenai relasi manusia-manusia, manusia-alam, manusia-soul (Tuhan, dsb) yang merupakan sumber kebahagiaan. Saya menyebut kebahagiaan, bukan eksistensi, hanya karena kata eksistensi keliahatannya agak menjijikan bagi saya, dan rumit bagi orang non-filsafat. Ini buku bagus yang bisa dijadikan dasar untuk orang yang ingin berpikir luas dan mencari kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dan lagi2, demi memakai tugas eksis yang tak terpakai kembali dan demi memenuh2kan blog saya. Jadi saya masukan saja.
I AND THOU
Dalam bukunya, Martin Buber mengambil contoh tree sebagai sesuatu yang hidup dan mudah untuk direlasikan. Tree yang dimaksud ini sendiri memiliki kualitas yang baik sebagai pohon, yang berarti baik I maupun Tree tersebut dapat sama-sama bersedia menjalin relasi untuk mengeksiskan diri. Dalam Tree sebagai Thou, batasan-batasan yang menjadi penghalang diantara mereka sudah tidak ada lagi, relasi diantara mereka adalah eksistensi mereka, dimana I dan tree merupakan kesatuan jika dilihat dari eksistensi mereka tersebut. Tanpa adanya relasi tersebut tree itu hanya akan menjadi it, yang dimana ia tidak berarti bagi eksistensi sang subjek, hal tersebut dapat menjadi sebuah kerugian bagi subjek itu sendiri, karena dengan banyak membuat it sebagai thou, ia akan membuat dirinya sendiri lebih eksis, yang juga berarti lebih bahagia. Tree merupakan contoh penghubung yang bagus untuk menggambarkan thou, ia adalah makhluk hidup yang efek timbal baliknya paling tidak secara langsung dibanding makhluk hidup lainnya, ia mudah dinikmati karena tubuhnya besar dan kokoh, tak acuh jika disiksa, dan tak pernah menyiksa apapun dengan sengaja, intinya, mudah serta menyenangkan untuk membangun relasi dengan mereka.
Dalam relasi it sebagai thou ini tidak seharusnya ada bagian dalam thou yang dibenci oleh subjek. Baik kenangan (yang masih dikenang) mengenai thou tersebut, bagian tubuhnya, pengetahuan tentangnya, dsb. Mungkin jika diumpamakan secara ekstrem, bila ada seorang manusia yang sangat kita cintai tapi ia memiliki tumor yang dapat menghancurkan hidupnya, maka tumor tersebut bukan merupakan kesatuan dari thou atau dirinya. Yang dimaksud disini bukan menyatakan thou sebagai bagian, melainkan ada beberapa bagian-bagian yang tidak bisa dianggap kesatuan dari thou tersebut. Kita tidak bisa membangun relasi it sebagai thou jika kita masih membenci sesuatu yang merupakan kesatuannya, misalnya membenci mata sipitnya, atau sifat PDnya. Membangun relasi I-thou dengan manusia jauh lebih sulit dan beresiko dibanding menjalin relasi tersebut dengan pohon. Hanya saja karena memang lebih sulit, hasilnya juga akan lebih memuaskan, hal ini terjadi karena manusia memiliki timbal balik yang lebih nyata, lebih baik, dan lebih membahagiakan dibanding pohon.
Relasi I-thou dengan alam bukan merupakan hasil imajinasi atau hasil dari perasaan kita saat itu. Bukan karena kita sedang bahagia lalu kita dapat menikmati bagian dari alam tersebut, atau juga bukan karena kita membayangkan mereka bicara atau bermain dengan kita. Relasi tersebut bagai sebuah hubungan materi serta rohani yang pada intinya dapat memberi ketenangan jiwa. Bayangkan betapa melegakannya jika di dalam hati kita bertumpuk segala macam emosi buruk lalu kita menghilangkannya karena ada orang yang sangat kita sayangi, bukan dengan marah kepada mereka melainkan dengan membuka diri kita apa adanya di hadapan mereka. Yang ditekankan disini bukan membuka diri dengan ‘curhat’ secara lisan, melainkan secara sadar. Kita tidak bisa membangun relasi I-thou dengan makhluk-makhluk mati karena mereka tidak sadar akan adanya kita. Dengan demikian, semakin besar kesadaran yang dapat menenangkan jiwa bagi I maupun thou atau mungkin masih setingkat dengan It yang memiliki potensi untuk menjadi thou, semakin besar adanya relasi itu.
Tree yang dimaksud bukan jiwa yang ada di dalam pohon itu ataupun makhluk-makhluk gaib yang ada di dalam / merupakan pohon itu, tetapi ia adalah tree itu sendiri. Martin Buber menggambarkan tree tersebut dengan bagian-bagian serta lingkungan yang dapat mendukungnya menjadi thou bagi I itu sendiri. Bagaimanapun kondisi serta situasinya ia tetap akan menyukai tree tersebut selama ia masih merupakan suatu kesatuan dan ia masih tree yang mirip dengan yang ia pikirkan sekarang. Dalam ranah waktu, hubungan I dengan thou ini hanya berlaku untuk sekarang, karena thou bukan merupakan ingatan yang berarti masa lalu dan ia juga bukan merupakan impian yang berarti masa depan, ia adalah suatu relasi yang baik. Jadi relasi antara I dengan thou merupakan suatu kesuksesan kehidupan bagi I dengan thou itu sendiri. Bukan berarti dengan satu relasi tersebut kita berarti telah sukses dalam hidup, akan tetapi hal ini menggambarkan bahwa kehidupan adalah suatu relasi, baik relasi kita dengan alam, manusia, maupun hal-hal spiritual.
Relasi I dan thou dapat diperoleh dengan saling mempercayai dan memberkati satu sama lain. Ada suatu tingkatan spesial pada kedua hal tersebut dimana ia merubah it menjadi thou. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya keindahan dari thou tersebut, sebuah keindahan yang hanya bisa dilihat oleh I yang membangun relasi dengannya. Seperti contoh pada tree tadi, subjek biasa hanya akan memandang pohon tersebut sebagai benda biasa saja, tidak ada kesan yang menyentuh hati darinya, sedangkan subjek yang telah membangun relasi dengannya akan memandang tree tersebut dengan sudut pandang estetis tinggi yang rasanya harus sangat ia jaga dan ia hargai. Hal tersebut tidak berlaku hanya pada penampilan luarnya saja, melainkan bagaimana ia berkolaborasi dengan alam atau lingkungannya, kepribadiannya (untuk manusia atau hewan), dan segala hal yang tetap memberikan keutuhan pada dirinya.
Jadi, tree yang digambarkan sebagai thou ini adalah sesuatu yang spesial bagi subjek yang membangun relasi dengannya. Tree tersebut memiliki nilai estetis yang tinggi baginya dan ia menjadi bagian dari diri subjek tersebut. Tree sebagai thou disini ialah sepenuhnya tree itu sendiri, tidak ada suatu bagian dari dirinya yang menyakitkan atau dihindari subjek tersebut untuk membangun relasi dengannya. Kebahagiaannya (subjek) adalah kebahagiaan thou itu juga, kesedihannya adalah kesedihan thou itu juga, dan begitu pula dengan sebaliknya selama mereka masih menjalin relasi I-thou tersebut, maksud ‘masih’ disini berarti saat ini juga, bukan masa depan ataupun masa lalu. Sehingga, relasi I-thou yang digambarkan pada seorang manusia dan sebatang pohon tersebut adalah bentuk pengeksisan diri dimana hal tersebut merupakan tujuan utama manusia pada umumnya, yaitu kebahagiaan.
Rabu, 15 Desember 2010
Catatan dari Bawah Tanah, Fyodor Dostoyevski
Kumasukan karena kurang kerjaan, memanfaatkan lebih dari tugas eksis yang tak akan terpakai lagi, dan karena pemikirannya bagus, tapi kukira aku tidak menuliskannya dengan bagus, jadi lebih baik anda baca bukunya sendiri, dan saya punya bukunya. (tadi aku, sekarang saya)
Catatan dari Bawah Tanah
Sisi Eksistensialisme The Underground Man:
“Kesadaran yang mana pun juga, sebetulnya suatu penyakit”, sebuah pernyataan yang membandingkan suatu penyakit itu sendiri dengan sebuah kesadaran. Penyakit, pada dasarnya memberikan kesadaran lebih baik karena rasa sakit itu sendiri daripada ketika manusia tidak sedang menderita sakit apapun. The Underground Man juga menyatakan dirinya ingin menjadi serangga, entah agar ia dapat menerima lebih banyak rasa sakit karena serangga pada dasarnya memang sering disakiti, atau karena ia menyatakan bahwa hewan memiliki kesadaran yang amat rendah sehingga rasa sakit itupun tidak berpengaruh besar pada kesadaran mereka. Makin tinggi kesadaran seseorang maka ia akan makin sanggup untuk merasakan yang “baik dan indah”. Rasa atau pengetahuan ini dapat menimbulkan perasaan mampu melakukan perbuatan buruk yang merupakan kontra dari pengetahuan baik dan indah tersebut, tetapi dalam waktu yang bersamaan juga timbul perasaan bahwa perbuatan buruk tersebut tidak boleh terjadi. Sehingga makin sadar diri seseorang, ia juga akan makin menderita karena rasa sakit yang ditimbulkan ooleh pengetahuan akan yang baik dan indah tersebut. Di dalam yang baik dan indah itu juga terdapat suatu pengetahuan bahwa segala hal yang terjadi bukanlah sesuatu yang kebetulan, sehingga rasa untuk melawan penyakit/cacat itu hilang sama sekali. The Underground Man juga menyatakan bahwa di dalam penderitaannya atas rasa sakit itu ia juga menikmati semacam kenikmatan aneh dan penuh rahasia. Ia menggambarkan suatu perbuatan buruk yang senang dilakukannya padahal ia tahu itu buruk dan menjijikan bagi dirinya sendiri, dan hal tersebut tidak bisa ia halangi keterjadiannya karena ia telah mencapai titik maksimal dari usahanya bagi dirinya sendiri untuk mencegahnya. Hal ini menggambarkan sebuah ketetapan hukum alam yang tidak bisa dicegah olehnya, dan akhirnya ia nikmati penderitaan itu karena ia tahu tidak ada jalan keluar dari kesadaran kejatuhan dirinya sendiri yang sangat dalam itu. dapat disimpulkan bahwa menurutnya kita dapat memperoleh kenikmatan dari keputusasaan yang terkandung kenikmatan-kenikmatan yang paling dalam, terutama kalau kita sadar sekali bahwa keadaan kita tidak bisa tertolong lagi. Setiap penderitaan, jelasnya lagi, akan menimbulkan rasa dendam, ia menggambarkan bahwa setiap dendam itu sebenarnya tertuju pada dendam terhadap hukum alam. Baik orang yang memberi penderitaan maupun yang mendendam, itu semua merupakan hukum alam yang memang harus terjadi.
“Erangan ini (sakit gigi) mengutarakan kesadaran bahwa Anda tak punya musuh yang harus Anda hukum”. Dalam contoh mengenai sakit gigi ini, ia menggambarakan bahwa sebagaimanapun kita kesalnya, menginginkan gigi ini berhenti untuk sakit baik dari keinginan dari diri sendiri maupun dari orang lain, gigi tersebut akan tetap menyakiti kita sebagai suatu ketetapan dari hukum alam yang harus terjadi. Dalam erangan-erangan tak berguna yang tetap akan kita lakukan itu, akan membawa kita pada pengakuan dan kerendahan yang di dalamnya terkandung nikmat paling lezat. Hal ini merupakan sebuah bentuk interaksi pada orang lain dimana kita meminta-minta banyak perhatian ataupun pertolongan orang lain tanpa kita merasa malu dengannya karena telah ditutupi oleh rasa sakit tersebut. Dengan kata lain, ia puas telah dapat memberi tahu setiap orang segala hal yang ia rasakan, walaupun segala hal tersebut adalah rasa sakit yang menyentak-nyentak.
“Akal tidak lebih dari akal dan hanya dapat memenuhi kebutuhan aspek rasional sifat manusia, sedangkan kemauan adalah penjelmaan seluruh kehidupan.” Ia memberi contoh pada kehidupan yang bisa diketahui sebab akibatnya bagaikan operasi matematika. Pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan hilangnya kebebasan manusia karena ia telah mengetahui segala resiko, segala akibat (dengan rinci) yang akan ia tanggung setiap melakukan suatu perbuatan. Menurutnya juga, jika ada aturan seperti itu manusia malah akan mencoba akibat sebaliknya dari sebab yang ia lakukan untuk membuktikan bahwa dirinya masih memiliki kebebasan. Dengan kata lain hal ini tidak mungkin, karena menurutnya pilihan bebas adalah keuntungan yang paling menguntungkan bagi setiap manusia, yang tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan manapun seperti golongan-golongan lain yang bersifat matematis. Dengan kata lain, akal tidak dapat menguraikan semua aspek yang terjadi pada manusia dari segala akibat dari segala sebab yang dilakukannya tersebut. Akal hanya mengetahui apa yang berhasil dipelajarinya (ada hal-hal tertentu yang tak bisa dipelajari, yang berarti The Underground Man ini juga mempercayai hal-hal mistis yang memang tak bisa dijangkau manusia), sedangkan fitrah manusia bertindak secara keseluruhan, dengan segala hal yang terkandung di dalamnya, sadar atau tidak sadar, peduli atau tidak peduli, hal-hal tersebut akan tetap ada. Akan tetapi tentu, untuk hal-hal mudah dan umum seperti manusia yang terpelajar akan menjadi manusia yang sukses di masa depan dibanding yang tidak masih bisa dibuktikan secara matematik.
“Karena sifatnya yang tidak kenal terima kasih, rasa kesal, manusia masih akan mengakali kita.” Sebuah pernyataan mengenai penggambaran kebutuhan manusia yang paling utama yang disampaikan dengan baik sekali oleh The Underground Man atau dari pemikiran Fyodor Dostoyefsky. Ia memberi contoh bahwa sebagaimanapun manusia terlengkapi kebutuhannya, seperti memiliki kesejahteraan ekonomi, tenggelam dalam laut kebahagiaan, sebegitu rupa hingga ia tak perlu mengerjakan apa-apa kecuali tidur, makan kue, dan menyibukkan diri dengan melanjutkan keturunannya, tapi biarpun begitu manusia tetap tidak akan bahagia hingga ia mendapatkan kebebasannya. “Ia bahkan bersedia mengorbankan kuenya dan dengan sengaja menginginkan sampah yang paling tidak ekonomis, hanya untuk memasukkan unsur fantastisnya yang fatal ke dalam rasa baik yang positif ini.” Hal ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang sebenarnya tidak tahan dikuasai, bahkan walaupun ia tetap patuh dalam kekuasaan atas sesuatu tersebut, maka ia akan menjalankannya dengan terpaksa atau ia menjalankannya karena itu adalah pilihan dari kebebasannya sendiri. Darisini kita dapat melihat bahwa manusia akan mematahkan kebahagiaannya demi membuktikan kebenarannya. Ia akan melakukan hal-hal yang konyol dengan sengaja, bahkan kejahatan-kejahatan yang semata karena sifatnya yang tidak mengenal terima kasih, dan lagi hanya untuk membuktikan kebenarannya.
“Aku sependapat bahwa manusia ialah pertama-tama hewan kreatif, yang diciptakan untuk berusaha secara sadar mencapai sesuatu obyek dan melibatkan diri dengan pertukangan—artinya, tak putus-putusnya, dari dulu sampai nanti membuat jalan-jalan baru, kemana pun jalan-jalan ini mengarah.” Dalam pemikirannya yang satu ini, The Underground Man berpendapat bahwa manusia lebih mementingkan usahanya dibanding dengan hasilnya. Manusia boleh saja ambisius untuk mencapai hasilnya, akan tetapi pada akhirnya manusia sadar bahwa ia tidak begitu menginginkan hasilnya dan ingin terus dalam proses usaha itu sendiri. Dalam penjelasan ini, The Underground Man mencoba menjelaskan mengapa manusia menyukai perusakan dan kekacauan. Karena menurutnya “secara naluri ia takut mencapai sasarannya dan menyelesaikan bangunan yang sedang ia kerjakan”, karena siapa tahu dari jauh seseorang begitu mendambakan tujuannya dan ternyata setelah dilihat dan dirasakan dari dekat, dia tidak begitu menyukainya. Sama seperti pernyataannya berikut: ”manusia takut pada kepastian matematik, kita akui bahwa yang tak putus-putusnya dicari manusia ialah kepastian matematis,.., tapi aku yakin ia takut akan berhasil. Ia merasa bahwa jika ia sampai memperolehnya maka tidak tidak akan ada lagi yang tersisa baginya untuk dicari.” Inti dari pemikiran eksistensi bagian ini adalah manusia menjadi eksis pada proses pengusahaannya, dan ia sebetulnya tidak senang kalau yang ia usahakan itu berhasil, tentu saja ketidaksenangan tersebut dirasakan setelah manusia mengerti esensi dari tujuannya tersebut, sehingga “Penderitaan ialah sumber kesadaran satu-satunya.”
“Engkau membanggakan kesadaran, tetapi kau tidak pasti tentang pendapatmu karena biarpun otakmu bekerja, hatimu gelap dan busuk, sedangkan kesadaran yang penuh dan murni tidak bisa dimiliki tanpa hati yang bersih.” Tentu saja, dalam pertanyataan ini The Underground Man memposisikan kesadaran sebagai sesuatu yang membahagiakan, sehingga dalam pernyataan sebelumnya yang dimaksud dengan penderitaan tersebut tidak bertentangan dengan kebahagiaan. Inti pemikirannya adalah penderitaan bisa dijadikan kenikmatan atau kelezatan aneh yang tidak bisa dicampur-baurkan dengan kejahatan karena orang yang jahat, dusta, dsb, tidak akan pernah bisa menikmati esensi dari penderitaan, lalu juga penderitaan merupakan bahan pembentuk kebahagiaan, walaupun ia sama sekali tidak menyebutkan sepatah katapun tentang kebahagiaan, tapi itulah inti pemikirannya dari penalaran saya pribadi. Dan lagi, The Underground Man memiliki kecenderungan untuk tidak terikat pada apapun, bukan karena ia tak ingin terikat, tapi karena ia tahu apa yang jadi resikonya, jadi memang seperti yang ia katakan, ia pintar, ia tahu ia pintar, dan itu tidak begitu menguntungkannya.
Catatan dari Bawah Tanah
Sisi Eksistensialisme The Underground Man:
“Kesadaran yang mana pun juga, sebetulnya suatu penyakit”, sebuah pernyataan yang membandingkan suatu penyakit itu sendiri dengan sebuah kesadaran. Penyakit, pada dasarnya memberikan kesadaran lebih baik karena rasa sakit itu sendiri daripada ketika manusia tidak sedang menderita sakit apapun. The Underground Man juga menyatakan dirinya ingin menjadi serangga, entah agar ia dapat menerima lebih banyak rasa sakit karena serangga pada dasarnya memang sering disakiti, atau karena ia menyatakan bahwa hewan memiliki kesadaran yang amat rendah sehingga rasa sakit itupun tidak berpengaruh besar pada kesadaran mereka. Makin tinggi kesadaran seseorang maka ia akan makin sanggup untuk merasakan yang “baik dan indah”. Rasa atau pengetahuan ini dapat menimbulkan perasaan mampu melakukan perbuatan buruk yang merupakan kontra dari pengetahuan baik dan indah tersebut, tetapi dalam waktu yang bersamaan juga timbul perasaan bahwa perbuatan buruk tersebut tidak boleh terjadi. Sehingga makin sadar diri seseorang, ia juga akan makin menderita karena rasa sakit yang ditimbulkan ooleh pengetahuan akan yang baik dan indah tersebut. Di dalam yang baik dan indah itu juga terdapat suatu pengetahuan bahwa segala hal yang terjadi bukanlah sesuatu yang kebetulan, sehingga rasa untuk melawan penyakit/cacat itu hilang sama sekali. The Underground Man juga menyatakan bahwa di dalam penderitaannya atas rasa sakit itu ia juga menikmati semacam kenikmatan aneh dan penuh rahasia. Ia menggambarkan suatu perbuatan buruk yang senang dilakukannya padahal ia tahu itu buruk dan menjijikan bagi dirinya sendiri, dan hal tersebut tidak bisa ia halangi keterjadiannya karena ia telah mencapai titik maksimal dari usahanya bagi dirinya sendiri untuk mencegahnya. Hal ini menggambarkan sebuah ketetapan hukum alam yang tidak bisa dicegah olehnya, dan akhirnya ia nikmati penderitaan itu karena ia tahu tidak ada jalan keluar dari kesadaran kejatuhan dirinya sendiri yang sangat dalam itu. dapat disimpulkan bahwa menurutnya kita dapat memperoleh kenikmatan dari keputusasaan yang terkandung kenikmatan-kenikmatan yang paling dalam, terutama kalau kita sadar sekali bahwa keadaan kita tidak bisa tertolong lagi. Setiap penderitaan, jelasnya lagi, akan menimbulkan rasa dendam, ia menggambarkan bahwa setiap dendam itu sebenarnya tertuju pada dendam terhadap hukum alam. Baik orang yang memberi penderitaan maupun yang mendendam, itu semua merupakan hukum alam yang memang harus terjadi.
“Erangan ini (sakit gigi) mengutarakan kesadaran bahwa Anda tak punya musuh yang harus Anda hukum”. Dalam contoh mengenai sakit gigi ini, ia menggambarakan bahwa sebagaimanapun kita kesalnya, menginginkan gigi ini berhenti untuk sakit baik dari keinginan dari diri sendiri maupun dari orang lain, gigi tersebut akan tetap menyakiti kita sebagai suatu ketetapan dari hukum alam yang harus terjadi. Dalam erangan-erangan tak berguna yang tetap akan kita lakukan itu, akan membawa kita pada pengakuan dan kerendahan yang di dalamnya terkandung nikmat paling lezat. Hal ini merupakan sebuah bentuk interaksi pada orang lain dimana kita meminta-minta banyak perhatian ataupun pertolongan orang lain tanpa kita merasa malu dengannya karena telah ditutupi oleh rasa sakit tersebut. Dengan kata lain, ia puas telah dapat memberi tahu setiap orang segala hal yang ia rasakan, walaupun segala hal tersebut adalah rasa sakit yang menyentak-nyentak.
“Akal tidak lebih dari akal dan hanya dapat memenuhi kebutuhan aspek rasional sifat manusia, sedangkan kemauan adalah penjelmaan seluruh kehidupan.” Ia memberi contoh pada kehidupan yang bisa diketahui sebab akibatnya bagaikan operasi matematika. Pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan hilangnya kebebasan manusia karena ia telah mengetahui segala resiko, segala akibat (dengan rinci) yang akan ia tanggung setiap melakukan suatu perbuatan. Menurutnya juga, jika ada aturan seperti itu manusia malah akan mencoba akibat sebaliknya dari sebab yang ia lakukan untuk membuktikan bahwa dirinya masih memiliki kebebasan. Dengan kata lain hal ini tidak mungkin, karena menurutnya pilihan bebas adalah keuntungan yang paling menguntungkan bagi setiap manusia, yang tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan manapun seperti golongan-golongan lain yang bersifat matematis. Dengan kata lain, akal tidak dapat menguraikan semua aspek yang terjadi pada manusia dari segala akibat dari segala sebab yang dilakukannya tersebut. Akal hanya mengetahui apa yang berhasil dipelajarinya (ada hal-hal tertentu yang tak bisa dipelajari, yang berarti The Underground Man ini juga mempercayai hal-hal mistis yang memang tak bisa dijangkau manusia), sedangkan fitrah manusia bertindak secara keseluruhan, dengan segala hal yang terkandung di dalamnya, sadar atau tidak sadar, peduli atau tidak peduli, hal-hal tersebut akan tetap ada. Akan tetapi tentu, untuk hal-hal mudah dan umum seperti manusia yang terpelajar akan menjadi manusia yang sukses di masa depan dibanding yang tidak masih bisa dibuktikan secara matematik.
“Karena sifatnya yang tidak kenal terima kasih, rasa kesal, manusia masih akan mengakali kita.” Sebuah pernyataan mengenai penggambaran kebutuhan manusia yang paling utama yang disampaikan dengan baik sekali oleh The Underground Man atau dari pemikiran Fyodor Dostoyefsky. Ia memberi contoh bahwa sebagaimanapun manusia terlengkapi kebutuhannya, seperti memiliki kesejahteraan ekonomi, tenggelam dalam laut kebahagiaan, sebegitu rupa hingga ia tak perlu mengerjakan apa-apa kecuali tidur, makan kue, dan menyibukkan diri dengan melanjutkan keturunannya, tapi biarpun begitu manusia tetap tidak akan bahagia hingga ia mendapatkan kebebasannya. “Ia bahkan bersedia mengorbankan kuenya dan dengan sengaja menginginkan sampah yang paling tidak ekonomis, hanya untuk memasukkan unsur fantastisnya yang fatal ke dalam rasa baik yang positif ini.” Hal ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang sebenarnya tidak tahan dikuasai, bahkan walaupun ia tetap patuh dalam kekuasaan atas sesuatu tersebut, maka ia akan menjalankannya dengan terpaksa atau ia menjalankannya karena itu adalah pilihan dari kebebasannya sendiri. Darisini kita dapat melihat bahwa manusia akan mematahkan kebahagiaannya demi membuktikan kebenarannya. Ia akan melakukan hal-hal yang konyol dengan sengaja, bahkan kejahatan-kejahatan yang semata karena sifatnya yang tidak mengenal terima kasih, dan lagi hanya untuk membuktikan kebenarannya.
“Aku sependapat bahwa manusia ialah pertama-tama hewan kreatif, yang diciptakan untuk berusaha secara sadar mencapai sesuatu obyek dan melibatkan diri dengan pertukangan—artinya, tak putus-putusnya, dari dulu sampai nanti membuat jalan-jalan baru, kemana pun jalan-jalan ini mengarah.” Dalam pemikirannya yang satu ini, The Underground Man berpendapat bahwa manusia lebih mementingkan usahanya dibanding dengan hasilnya. Manusia boleh saja ambisius untuk mencapai hasilnya, akan tetapi pada akhirnya manusia sadar bahwa ia tidak begitu menginginkan hasilnya dan ingin terus dalam proses usaha itu sendiri. Dalam penjelasan ini, The Underground Man mencoba menjelaskan mengapa manusia menyukai perusakan dan kekacauan. Karena menurutnya “secara naluri ia takut mencapai sasarannya dan menyelesaikan bangunan yang sedang ia kerjakan”, karena siapa tahu dari jauh seseorang begitu mendambakan tujuannya dan ternyata setelah dilihat dan dirasakan dari dekat, dia tidak begitu menyukainya. Sama seperti pernyataannya berikut: ”manusia takut pada kepastian matematik, kita akui bahwa yang tak putus-putusnya dicari manusia ialah kepastian matematis,.., tapi aku yakin ia takut akan berhasil. Ia merasa bahwa jika ia sampai memperolehnya maka tidak tidak akan ada lagi yang tersisa baginya untuk dicari.” Inti dari pemikiran eksistensi bagian ini adalah manusia menjadi eksis pada proses pengusahaannya, dan ia sebetulnya tidak senang kalau yang ia usahakan itu berhasil, tentu saja ketidaksenangan tersebut dirasakan setelah manusia mengerti esensi dari tujuannya tersebut, sehingga “Penderitaan ialah sumber kesadaran satu-satunya.”
“Engkau membanggakan kesadaran, tetapi kau tidak pasti tentang pendapatmu karena biarpun otakmu bekerja, hatimu gelap dan busuk, sedangkan kesadaran yang penuh dan murni tidak bisa dimiliki tanpa hati yang bersih.” Tentu saja, dalam pertanyataan ini The Underground Man memposisikan kesadaran sebagai sesuatu yang membahagiakan, sehingga dalam pernyataan sebelumnya yang dimaksud dengan penderitaan tersebut tidak bertentangan dengan kebahagiaan. Inti pemikirannya adalah penderitaan bisa dijadikan kenikmatan atau kelezatan aneh yang tidak bisa dicampur-baurkan dengan kejahatan karena orang yang jahat, dusta, dsb, tidak akan pernah bisa menikmati esensi dari penderitaan, lalu juga penderitaan merupakan bahan pembentuk kebahagiaan, walaupun ia sama sekali tidak menyebutkan sepatah katapun tentang kebahagiaan, tapi itulah inti pemikirannya dari penalaran saya pribadi. Dan lagi, The Underground Man memiliki kecenderungan untuk tidak terikat pada apapun, bukan karena ia tak ingin terikat, tapi karena ia tahu apa yang jadi resikonya, jadi memang seperti yang ia katakan, ia pintar, ia tahu ia pintar, dan itu tidak begitu menguntungkannya.
Minggu, 05 Desember 2010
Terima kasih
Sudah satu tahun setengah aku di UI, dan aku masih mencari kebahagiaan yang sama seperti yang kudapatkan dulu, sayang aku belum menemukannya hingga saat ini, tapi yang kulihat, Allah sengaja membiarkanku untuk mencarinya tanpa memberi pikiran untuk menyerah.
Tepat saat aku kelas 11, aku memilih tempat duduk yang paling depan, dekat dengan meja guru, aku sengaja memilih tempat itu agar tidak ada satupun yang berniat duduk denganku, karena yah... cowok tidak suka tempat duduk depan yg dekat guru kan? dan rencanaku berhasil.
Aku masih belum bisa menyadari eksistensiku waktu itu (berfilsafat. red) intinya aku masih polos (bocah) sekali, mudah untuk ditipu dan mudah untuk tersinggung. Aku mengenal persahabatan yang sangat bagus, berbeda dengan masa SMP atau SDku dulu. Di paskibraku, aku seperti punya kakak yang sangat perhatian denganku, satu hal yang sebelumnya belum pernah aku miliki, lalu aku punya teman-teman yang siap berkorban untukku, tanpa sadar aku sangat mencintai mereka, padahal aku masuk paskib ini karena kecelakaan dan sampai aku lulus aku tetap rutin mengikuti pertemuan ataupun latihannya, sesuatu yang jarang aku lakukan.
Sampai ke kelas 11 ini aku berniat untuk tidak berteman dengan siapapun kecuali mungkin anak2 paskib. Jujur saja, banyak sekali sakit hati yang kuhadapi karena memang akibat kebodohanku sendiri. Disebelah tempat dudukku ada sheilla dan lusi, lalu dibelakangku ada sekar dan nindya. Aku mudah bergaul dengan sheilla dan lusi karena pada dasarnya wanita berjilbab itu tidak berisiko untuk dijadikan teman karena mereka baik, dewasa, dan bisa diandalkan (untuk hal2 baik juga tentunya). Lalu aku tak tahu apa yang Allah rencanakan untuk menyempurnakan kebahagiaan atas persabatanku, dan munculah si rahmad itu. Sepertinya dia sama denganku, polos, tapi dia lebih sering menerima kepahitan hidup jadi dia lebih dewasa dariku. Hal mengerikan yang tak bisa kulupakan (sekarang malah kutulis) dengannya adalah ketika aku sok memarah-marahi dia saat pelantikannya, itu hal paling mengerikan ke-2 setelah pengalaman menulis surat marah kepada seseorang (nah, kutulis lagi, toh aku tidak bisa melupakannya).
Banyak hal luar biasa yang kulalui saat kelas 11 dan 12. Hal yang kukira tidak bisa dimengerti oleh filsus-filsuf barat itu. Mungkin banyak orang menganggap bahwa aku sakit hati ketika dimarah2i kakak kelas ataupun ditampar olehnya, tapi kenyataannya tidak, memang aku takut, tapi didalam sini aku merasa sangat bahagia, apalagi dengan adanya teman-teman yang selalu bersamaku. Itu semua pengalaman di paskibraku selama 2 tahunan dan ditutup dengan ending paling membahagiakan sedunia, sebuah ending yang tidak akan dimengerti oleh orang yang hanya melihat dari luar objek, yaitu paskibraku mendapat juara harapan 1.
Lalu di Sc2 juga aku mempelajari banyak hal, pernah saat wudhu aku terpikir bagaimana jadinya ketika aku keluar dari sini nanti, aku sudah sangat bahagia di sini, aku masih ingin belajar banyak hal lagi dari mereka, tapi toh aku akan keluar, aku akan mencari teman baru dan pengalaman baru yang sama dengan kebahagiaan murni yang kudapat di sini. Mereka, benar-benar aneh dan mengagumkan, mereka tidak sempurna, bukan penemu luar biasa, bukan orang hebat yang luar biasa juga, tapi kesatuan mereka benar-benar bisa mengalahkan apapun, aku belum pernah melihat sebelumnya, penyatuan pribadi masing-masing orang yang saling melengkapi, saling membahagiakan, dan saling memberi kesetiaan. Tentu saja di kesatuan ini hal-hal yang paling penting ternyata adalah guru-guruku sendiri, yang menjadi bearer atas kesatuan itu jika terjadi cekcok ataupun ancaman atas persahabatan kami. Guru2 smavo semuanya luar biasa, semuanya baik2, mengapa bisa begitu ak juga tidak tahu. Aku merasa tidak pantas meninggalkan mereka begitu saja tanpa membalas mereka dengan budi yang setimpal yang tak mungkin bisa kulakukan.
Tapi tentu saja, diatas semua itu haruslah ada Allah dan keluarga, aku belum begitu merasa bersyukur secara spontan (aku memaksakannya tentu). Walaupun begitu tetap saja diantara kami ada hubungan kuat yang tidak kami sadari, kadang2 aku ngeri, membayangkan salah satu dari kami kesakitan atau apa, aku tidak keberatan jika manusia meninggal karena toh memang harus dihadapi, tapi aku harap bukan meninggal yang sakit dan terhina.
Aku bersyukur bisa bertemu kalian, teman-teman paskibra, science 2, dan guru-guruku tersayang. Dan aku juga bersyukur sekali kita berpisah ketika kita sedang bahagia, bukan karena ada konflik atau apa, walau memang aku jadi rindu sekali.
Thank you again :)
Tepat saat aku kelas 11, aku memilih tempat duduk yang paling depan, dekat dengan meja guru, aku sengaja memilih tempat itu agar tidak ada satupun yang berniat duduk denganku, karena yah... cowok tidak suka tempat duduk depan yg dekat guru kan? dan rencanaku berhasil.
Aku masih belum bisa menyadari eksistensiku waktu itu (berfilsafat. red) intinya aku masih polos (bocah) sekali, mudah untuk ditipu dan mudah untuk tersinggung. Aku mengenal persahabatan yang sangat bagus, berbeda dengan masa SMP atau SDku dulu. Di paskibraku, aku seperti punya kakak yang sangat perhatian denganku, satu hal yang sebelumnya belum pernah aku miliki, lalu aku punya teman-teman yang siap berkorban untukku, tanpa sadar aku sangat mencintai mereka, padahal aku masuk paskib ini karena kecelakaan dan sampai aku lulus aku tetap rutin mengikuti pertemuan ataupun latihannya, sesuatu yang jarang aku lakukan.
Sampai ke kelas 11 ini aku berniat untuk tidak berteman dengan siapapun kecuali mungkin anak2 paskib. Jujur saja, banyak sekali sakit hati yang kuhadapi karena memang akibat kebodohanku sendiri. Disebelah tempat dudukku ada sheilla dan lusi, lalu dibelakangku ada sekar dan nindya. Aku mudah bergaul dengan sheilla dan lusi karena pada dasarnya wanita berjilbab itu tidak berisiko untuk dijadikan teman karena mereka baik, dewasa, dan bisa diandalkan (untuk hal2 baik juga tentunya). Lalu aku tak tahu apa yang Allah rencanakan untuk menyempurnakan kebahagiaan atas persabatanku, dan munculah si rahmad itu. Sepertinya dia sama denganku, polos, tapi dia lebih sering menerima kepahitan hidup jadi dia lebih dewasa dariku. Hal mengerikan yang tak bisa kulupakan (sekarang malah kutulis) dengannya adalah ketika aku sok memarah-marahi dia saat pelantikannya, itu hal paling mengerikan ke-2 setelah pengalaman menulis surat marah kepada seseorang (nah, kutulis lagi, toh aku tidak bisa melupakannya).
Banyak hal luar biasa yang kulalui saat kelas 11 dan 12. Hal yang kukira tidak bisa dimengerti oleh filsus-filsuf barat itu. Mungkin banyak orang menganggap bahwa aku sakit hati ketika dimarah2i kakak kelas ataupun ditampar olehnya, tapi kenyataannya tidak, memang aku takut, tapi didalam sini aku merasa sangat bahagia, apalagi dengan adanya teman-teman yang selalu bersamaku. Itu semua pengalaman di paskibraku selama 2 tahunan dan ditutup dengan ending paling membahagiakan sedunia, sebuah ending yang tidak akan dimengerti oleh orang yang hanya melihat dari luar objek, yaitu paskibraku mendapat juara harapan 1.
Lalu di Sc2 juga aku mempelajari banyak hal, pernah saat wudhu aku terpikir bagaimana jadinya ketika aku keluar dari sini nanti, aku sudah sangat bahagia di sini, aku masih ingin belajar banyak hal lagi dari mereka, tapi toh aku akan keluar, aku akan mencari teman baru dan pengalaman baru yang sama dengan kebahagiaan murni yang kudapat di sini. Mereka, benar-benar aneh dan mengagumkan, mereka tidak sempurna, bukan penemu luar biasa, bukan orang hebat yang luar biasa juga, tapi kesatuan mereka benar-benar bisa mengalahkan apapun, aku belum pernah melihat sebelumnya, penyatuan pribadi masing-masing orang yang saling melengkapi, saling membahagiakan, dan saling memberi kesetiaan. Tentu saja di kesatuan ini hal-hal yang paling penting ternyata adalah guru-guruku sendiri, yang menjadi bearer atas kesatuan itu jika terjadi cekcok ataupun ancaman atas persahabatan kami. Guru2 smavo semuanya luar biasa, semuanya baik2, mengapa bisa begitu ak juga tidak tahu. Aku merasa tidak pantas meninggalkan mereka begitu saja tanpa membalas mereka dengan budi yang setimpal yang tak mungkin bisa kulakukan.
Tapi tentu saja, diatas semua itu haruslah ada Allah dan keluarga, aku belum begitu merasa bersyukur secara spontan (aku memaksakannya tentu). Walaupun begitu tetap saja diantara kami ada hubungan kuat yang tidak kami sadari, kadang2 aku ngeri, membayangkan salah satu dari kami kesakitan atau apa, aku tidak keberatan jika manusia meninggal karena toh memang harus dihadapi, tapi aku harap bukan meninggal yang sakit dan terhina.
Aku bersyukur bisa bertemu kalian, teman-teman paskibra, science 2, dan guru-guruku tersayang. Dan aku juga bersyukur sekali kita berpisah ketika kita sedang bahagia, bukan karena ada konflik atau apa, walau memang aku jadi rindu sekali.
Thank you again :)
Kamis, 02 Desember 2010
Kebahagiaan
Kebahagiaan membuatku menangis, membuatku tak bisa berkata-kata
Kebahagiaan membuatku tak mampu memikirkan yang lain, membuatku lupa akan makan, dan kesenangan duniawi lainnya
Kebahagiaan membuatku rindu, rindu padanya di masa lalu
Kebahagiaan membuatku lelah, membuat energiku habis tak tersisa, hanya untuk bahagia
Kebahagiaan membakar kesombonganku, keegoisanku, juga memberi kebersamaan yang hangat
Kebahagiaan memberiku impian untuk masa depanku, dan kebanggaan pada diriku sendiri hari ini
Kebahagiaan juga membuatku kuat, membuatku bisa mengalahkan diriku sendiri tanpa melawannya
Aku kangen pada kebahagiaan, setelah terpaksa meninggalkannya sekali, ternyata aku tak bisa menemukannya lagi sampai hari ini.
Tapi ternyata kebahagiaanku di masa lalu masih memberiku pengetahuan untuk masa depan, pengetahuan untuk mencarinya kembali dan tidak tertarik pada kesenangan semu untuk meninggalkannya.
Bahkan mencari kebahagiaan membuatku merasa bahagia, membuatku merasa setia pada kenangan-kenangan yang dulu.
Kebahagiaanku terletak pada kebersamaan, dan impian untuk dikejar bersama-sama.
Kebahagiaan membuatku tak mampu memikirkan yang lain, membuatku lupa akan makan, dan kesenangan duniawi lainnya
Kebahagiaan membuatku rindu, rindu padanya di masa lalu
Kebahagiaan membuatku lelah, membuat energiku habis tak tersisa, hanya untuk bahagia
Kebahagiaan membakar kesombonganku, keegoisanku, juga memberi kebersamaan yang hangat
Kebahagiaan memberiku impian untuk masa depanku, dan kebanggaan pada diriku sendiri hari ini
Kebahagiaan juga membuatku kuat, membuatku bisa mengalahkan diriku sendiri tanpa melawannya
Aku kangen pada kebahagiaan, setelah terpaksa meninggalkannya sekali, ternyata aku tak bisa menemukannya lagi sampai hari ini.
Tapi ternyata kebahagiaanku di masa lalu masih memberiku pengetahuan untuk masa depan, pengetahuan untuk mencarinya kembali dan tidak tertarik pada kesenangan semu untuk meninggalkannya.
Bahkan mencari kebahagiaan membuatku merasa bahagia, membuatku merasa setia pada kenangan-kenangan yang dulu.
Kebahagiaanku terletak pada kebersamaan, dan impian untuk dikejar bersama-sama.
Sabtu, 31 Juli 2010
The best of my UPACARA BENDERA
Hari Senin, Tgl xxx, Bulan xxx, Tahun xxx (lupa...!)
Hari ini pertama kalinya bgt ak masuk sekolah setelah sakit types n opname d rmah sakit. Seneng banget, secara udah berminggu-minggu ga liat sekolah, n yang bikin tambah seneng lagi ak ksini pke baju pdh (paskib), my lovely ekskul...
Karena ini hari senin, pastinya ada upacara bendera dong, krna kebetulan lowongan jadi tura kosong, jdi ak ngotot2 buat nempatin posisi itu, ga tau diri bgt ya ak, padahal abis sakit gini.
So, jadilah ak tura, lumayan buat menuhin rasa kangenku gitu. Pas disebelahku ada bambang yg bawain naskah pancasila, di lapangan ada anak klas 1, 2, 3 +anak paskib yg misahin diri mulai dari junior ampe senior, dan yg terpenting wiw... pembina upacaranya polisi!, ak punya dugaan dia bakal lama khotbahnya ni...
Pas mulai upacara aku mikir, 'ni beneran gakpapa jadi tura abis sakit types gini?', ga lucu banget kan kalo pingsan di depan seluruh hadirat dan hadirin n pake baju paskib segala, mana bisa malu2in anak kelas 2 paskib alias angkatanku lagi. Ah, pokoknya mau pingsan se-pingsan apapun harus kutahan. Eeeen, the chaos begin.
Pas ak udah PERSIS di sebelahnya pak polisi pandangan+pendengaranku udah berasa aneh aja.
Pak Polisi : Jadi... Adik2 tau kan berbahayanya narkoba serta bla bla bla............
Aku : ......... (Duh, napa nih?? kenapa orang2 di lapangan jadi berduplikat tiga gitu??)
Pak Polisi : bla bla bla bla......
Aku : (Mati gua!! Aduh, Gimana nih!! Ga bisa nahan!! Harus balik harus balik!!)
Jadilah ak balik kanan (ala paskibra dong...) pas pak polisi ceramah puanjaaang lebaaar tentang narkoba, ak pengen masuk k kelas yg persis di depanku, tapi curiga dikunci ni kelas, so... ak balik kiri ke tempat bambang yang lagi nganga disana.
Dan, Zeeeeep.... Gelap... Kukira ak udah jatoh terus pingsan, tapi ternyata ga! ak masih jalan!!(gara2 jiwa paskibku x ya, hahaha... apa coba) Walau emang pingsan juga ak bisa ngerasain ak masih jalan, 'mudah2an bisa sampe ke tempat bambang' pikirku, tiba-tiba aja...
DUAGGGGGGHHHH!!!!!
WAAAAAAAAAaaaaaaaa.......
Pas sadar ak udah ditidurin di atas meja, dikelilingi para Ibu guru yang sibuk banget mijitin ak, mana itu guru biologiku (bukan bu kris lho) mijitnya sakit banget lagi, dikiranya ak adonan bolu x ya...
Bu endang : Udah bangun udah bangun! (ngomong sama anak PMR + Para ibu guru), kamu gak papa fal??
Aku : Iya, gak papa bu... (sambil meringis2, 'Duh! buk! Stop napa mijitnyaaaaa!!!')
Bu endang : Jangan bohong kamu!, kamu serius gak papa?? (khawatir banget ngeliat ak meringis, saya kesakitan bukan kena asam lambung buuk...)
Akhirnya bu endang langsung keluar kelas buat nelpon ortuku, setelah sekian menit (nahan) tersiksa dipijit, ak mikir, kok kepalaku sakit gini ya... Bukan di dalemnya tapi diluarnya... Terus ak kepikiran anak2 paskib, duh maaaaak malu2in abis, di depan junior lagi!!...
Dan bener aja, besoknya begitu ak masuk kelas temen2ku langsung pada ketawa (QQ: Duh, maaf banget ya fal ak ketawa, abis lucu banget siiiih...). Ak nanya kejadian rincinya sama mereka, secara ak pingsan, mana mungkin inget ak jatohnya kayak apa...
Ternyata abis jalan pingsan itu aku nambrak tiang tembok.
Terus ak meluk2 tu tiang sambil jatoh perlahan-lahan.
Terus khotbah pak polisi kepotong gara2 anak2 di seluruh lapangan ketawa semua (termasuk anak2 paskib!)
Terus ak ditangkep ma guru-guru disampingku (ketabrak tiang tembok persis dibelakang mereka)
Amnesia mode on.
Dan kejadian ini ga dikenang ak doang (ya iyalah, orang selapangan gitu ngeliat)
Pas sepupuku dari probolinggo pindah ke smavo, dia nanya ke 'temen-temennya' apa dia kenal ak ato ga dan semuanya jawab gini:
"Kak Nofal??, Yang pingsan nabrak tembok pas upacara itu ya??, hahahahaha...."
Aku : *korek2 lantai*
Hari ini pertama kalinya bgt ak masuk sekolah setelah sakit types n opname d rmah sakit. Seneng banget, secara udah berminggu-minggu ga liat sekolah, n yang bikin tambah seneng lagi ak ksini pke baju pdh (paskib), my lovely ekskul...
Karena ini hari senin, pastinya ada upacara bendera dong, krna kebetulan lowongan jadi tura kosong, jdi ak ngotot2 buat nempatin posisi itu, ga tau diri bgt ya ak, padahal abis sakit gini.
So, jadilah ak tura, lumayan buat menuhin rasa kangenku gitu. Pas disebelahku ada bambang yg bawain naskah pancasila, di lapangan ada anak klas 1, 2, 3 +anak paskib yg misahin diri mulai dari junior ampe senior, dan yg terpenting wiw... pembina upacaranya polisi!, ak punya dugaan dia bakal lama khotbahnya ni...
Pas mulai upacara aku mikir, 'ni beneran gakpapa jadi tura abis sakit types gini?', ga lucu banget kan kalo pingsan di depan seluruh hadirat dan hadirin n pake baju paskib segala, mana bisa malu2in anak kelas 2 paskib alias angkatanku lagi. Ah, pokoknya mau pingsan se-pingsan apapun harus kutahan. Eeeen, the chaos begin.
Pas ak udah PERSIS di sebelahnya pak polisi pandangan+pendengaranku udah berasa aneh aja.
Pak Polisi : Jadi... Adik2 tau kan berbahayanya narkoba serta bla bla bla............
Aku : ......... (Duh, napa nih?? kenapa orang2 di lapangan jadi berduplikat tiga gitu??)
Pak Polisi : bla bla bla bla......
Aku : (Mati gua!! Aduh, Gimana nih!! Ga bisa nahan!! Harus balik harus balik!!)
Jadilah ak balik kanan (ala paskibra dong...) pas pak polisi ceramah puanjaaang lebaaar tentang narkoba, ak pengen masuk k kelas yg persis di depanku, tapi curiga dikunci ni kelas, so... ak balik kiri ke tempat bambang yang lagi nganga disana.
Dan, Zeeeeep.... Gelap... Kukira ak udah jatoh terus pingsan, tapi ternyata ga! ak masih jalan!!(gara2 jiwa paskibku x ya, hahaha... apa coba) Walau emang pingsan juga ak bisa ngerasain ak masih jalan, 'mudah2an bisa sampe ke tempat bambang' pikirku, tiba-tiba aja...
DUAGGGGGGHHHH!!!!!
WAAAAAAAAAaaaaaaaa.......
Pas sadar ak udah ditidurin di atas meja, dikelilingi para Ibu guru yang sibuk banget mijitin ak, mana itu guru biologiku (bukan bu kris lho) mijitnya sakit banget lagi, dikiranya ak adonan bolu x ya...
Bu endang : Udah bangun udah bangun! (ngomong sama anak PMR + Para ibu guru), kamu gak papa fal??
Aku : Iya, gak papa bu... (sambil meringis2, 'Duh! buk! Stop napa mijitnyaaaaa!!!')
Bu endang : Jangan bohong kamu!, kamu serius gak papa?? (khawatir banget ngeliat ak meringis, saya kesakitan bukan kena asam lambung buuk...)
Akhirnya bu endang langsung keluar kelas buat nelpon ortuku, setelah sekian menit (nahan) tersiksa dipijit, ak mikir, kok kepalaku sakit gini ya... Bukan di dalemnya tapi diluarnya... Terus ak kepikiran anak2 paskib, duh maaaaak malu2in abis, di depan junior lagi!!...
Dan bener aja, besoknya begitu ak masuk kelas temen2ku langsung pada ketawa (QQ: Duh, maaf banget ya fal ak ketawa, abis lucu banget siiiih...). Ak nanya kejadian rincinya sama mereka, secara ak pingsan, mana mungkin inget ak jatohnya kayak apa...
Ternyata abis jalan pingsan itu aku nambrak tiang tembok.
Terus ak meluk2 tu tiang sambil jatoh perlahan-lahan.
Terus khotbah pak polisi kepotong gara2 anak2 di seluruh lapangan ketawa semua (termasuk anak2 paskib!)
Terus ak ditangkep ma guru-guru disampingku (ketabrak tiang tembok persis dibelakang mereka)
Amnesia mode on.
Dan kejadian ini ga dikenang ak doang (ya iyalah, orang selapangan gitu ngeliat)
Pas sepupuku dari probolinggo pindah ke smavo, dia nanya ke 'temen-temennya' apa dia kenal ak ato ga dan semuanya jawab gini:
"Kak Nofal??, Yang pingsan nabrak tembok pas upacara itu ya??, hahahahaha...."
Aku : *korek2 lantai*
Senin, 07 Juni 2010
Tuhan, Manusia, dan Eskatologi
A. Tuhan Sebagai Personal atau Impersonal
Tuhan adalah hal paling penting dalam ajaran setiap agama dan masalah paling pokok dalam filsafat. Setiap agama tidak dapat disebut sebaga ‘agama’ apabila ia tidak memiliki Tuhan untuk disembah. Begitu juga dengan filsafat, yang dimana hal ini merupakan permasalahan terbesar di dalamnya.
Sebagian filsuf Yunani banyak yang meributkan konsep-konsep alam sehingga tanpa mereka sadari merujuk pada konsep Tuhan juga. Sedangkan Plato dan Aristoteles, telah mengemukakan pendapat yang sudah sampai memikirkan sesuatu realitas di luar alam. Konsep-konsep mereka tentang Tuhan telah tergambar dengan baik sehingga menjadi akar pemikiran filsuf-filsuf selanjutnya. Dari Plato sendiri menamakannya dengan Ide Kebaikan dan Aristoteles menyebutnya dengan Sebab Utama atau Penggerak Yang Tidak Bergerak. Walaupun para filsuf telah mampu mengetahui realitas tertinggi dari semua wujud, realitas itu belum sampai kepada konsep utuh yang diinginkan oleh agama karena Tuhan dalam filsafat masih bersifat impersonal, bukan Tuhan sebagai personal.
Pada prinsipnya, Tuhan yang personal dan Tuhan yang impersonal dapat dibedakan dalam berbagai segi, yaitu :
1. Tuhan personal menekankan pada identitas Tuhan sebagai zat yang sempurna dan perlu disembah sebagai wujud pengabdian makhluk kepada penciptanya. Tuhan impersonal tidak mempersoalkan identitas Tuhan, tetapi yang terpenting adalah ide tentang Tuhan merupakan konsekuensi logis dari keberadaan wujud. Karena itu, Tuhan impersonal tidak disembah dan dipuja.
2. Tuhan personal berasal dari petunjuk wahyu, sedangkan Tuhan impersonal berasal dari kesimpulan pemikiran manusia. Karena itu, Tuhan dalam agama adalah Zat Pencipta dan sekaligus Pemelihara alam. Sedangkan dalam filsafat, Tuhan hanya sebagai Sebab Awal dan tujuan segala wujud.
3. Tuhan personal mengakui bahwa Tuhan adalah Zat yang sama sekali berbeda dengan makhluk. Perbedaan itu terletak pada sifat Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Adil. Karena perbedaan yang begitu besar, makhluk, terutama manusia mempunyai kewajiban untuk mengadakan hubungan baik dengan Tuhan agar sifat-sifat yang begitu baik bisa tersalurkan dalam diri mereka. Hubungan itu dilakukan dengan memperbanyak ibadah dan ritual-ritual keagamaan. Tuhan impersonal tidak mempersoalkan hubungan baik dengan Tuhan itu sebab Tuhan adalah hasil ide manusia saja atau sebuah Zat yang dimensinya terputus oleh dimensi makhlukNya.
4. Tuhan personal menonjolkan perbedaan antara makhluk dengan Tuhan sebagai Pencipta, sedangkan dalam Tuhan yang impersonal berusaha atau tidak memperdulikan perbedaan tersebut dengan menganggap manusia sebagai bagian dari diriNya, bahkan dalam panteisme misalnya, perbedaan antara Tuhan dan makhluk hilang sama sekali.
Pada kenyataannya agama memang bukan filsafat, tetapi menurut Gilson, ajaran agama mengajukan prinsip-prinsip yang kaya akan prinsip-prinsip filsafat. Karena itu, ia dapat membantu perncarian akal terhadap Tuhan. Arogansi akal untuk dapat secara mandiri menemukan Tuhan tanpa sinaran wahyu, adalah sesuatu yang naïf. Dan hal itu telah terbukti dalam pencarian para filsuf Yunani, bahkan ketika Descartes berusaha memisahkan filsafat dari agama.
Terhadap juga gugatan yang sering dimunculkan para saintis, Gilson menilai pernyataan semacam itu muncul karena ketidaksiapan menerima kenyataan bahwa agama dan filsafat (juga sains) adalah dua lanskap yang seharusnya dapat bertemu. Karena sains menjawab pertanyaan tentang bagaimana, sedangkan agama menjawab tentang mengapa. Hanya saja tidak banyak orang yang berani mengakuinya. Para sains atau filsuf kontemporer yang terpikat oleh daya pesona rasio telah kehilangan selera terhadap metafisika dan agama. Sementara yang lain, karena terlalu khusuk dalam berkontemplasi menyadari bahwa metafisika dan agama seharusnya dapat dipertemukan tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana. Karena itu ada yang kemudian memisahkan agama dari filsafat, atau meninggalkan agama demi fisafat atau sebaliknya. Padahal hal tersebut, dalam pandangan Gilnson tidak perlu terjadi. Dan menurutnya orang yang dapat melakukan hal itu adalah mereka yang dapat menyatukan bahwa Tuhan filosof adalah Tuhan yang juga dipeluk oleh Ibrahim, Ishaq dan Ya’kub.
B. Kekuasaan Mutlak Tuhan dengan Kebebasan Manusia.
Terdapat dua konsep ekstrem yang menyatakan hubungan Tuhan dan manusia ditinjau dari sifat kekuasaan mutlak Tuhan dan kebebasan manusia. Konsep pertama mengatakan bahwa Tuhan Maha Kuasa, manusia tidak bebas berkehendak dan berbuat, yang dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia sebenarnya adalah perbuatan Tuhan. Dalam bahasa Inggris hal ini disebut predestination (fatalisme). Lalu konsep kedua yang mengatakan bahwa perbuatan manusia kebebasannya sendiri, sedangkan Tuhan hanya berperan menciptakan sifat/daya kebebasan itu pada manusia. Dalam bahasa Inggris hal ini disebut dengan free will.
Baik dalam paham predestination ataupun free will, hampir terdapat di semua agama dan memunculkan persoalan yang selalu dibahas oleh para teolog dan filsuf. Berbagai cara dicari untuk menyelesaikan persoalan tersebut, namun belum ada hasil yang benar-benar memuaskan semua pihak. Dalam teologi Islam terdapat beberapa golongan yang membahas persoalan tersebut seperti Mu’tazilah, Asya’ariah, dan Maturidiah.
Golongan Mu’tazilah pada dasarnya lebih dekat pada paham Qadariah. Al-Jubba’i, salah seorang tokoh Mu’tazilah, berpendapat bahwa manusialah yang menciptakan perbuatannya, manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan. Pendapat yang sama juga dikemukakan ‘Abd jabbar. Menurutnya, perbuatan manusia bukanlah ciptaan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatan itu. Perbuatan dihasilkan dari daya yang bersifat baru, yang sebenarnya bukan perbuatan tuhan. Sehingga Manusia adalah makhluk yang bebas untuk memilih.
Berbeda dengan golongan Mu’tazilah, golongan Asy’ariah berpendapat bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan, hanya saja manusia memiliki kemampuan yang disebut kasb (perolehan). Kasb adalah sesuatu yang terjadi dengan perantaraan daya yang diciptakan dan dengan demikian menjadi perolehan bagi seseorang yang dengan daya itu perbuatannya timbul. Kasb itu sendiri adalah ciptaan Tuhan, sehingga menghilangkan arti keaktifan itu sendiri.
Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran Maturidiah terpisah menjadi dua aliran, yaitu Maturidiyah Samarqand dan Maturidiyah Bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terdapat kekuasaan mutlak Tuhan. Kehendak mutlak Tuhan menurut Maturidiyah Samarqand, dibatasi oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia. Adapun Maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada larangan bagi Tuhan terletak pada kehendak mutlak-Nya tidak ada suatu dzat pun yang lebih berkuasa dari pada-Nya dan tidak ada batasan-batasan bagi-Nya tampaknya aliran Maturidiyah Samarqand lebih dekat dengan Asy`ariyah Al-Bazdaqi mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan cosmos. Tuhan berbuat sekedendak-Nya sendiri. Ini berarti bahwa alam tidak diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain. Konsep lain keadilan Tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia tetapi pada Tuhan sebagai pemilik mutlak.
C. Hidup Sesudah Mati
Keadaan sesudah mati adalah misteri di atas misteri karena kematian adalah faktayang setiap manusia akan mengalaminya dan tidak dapat mengetahui (bagi subyek yang berusaha memisahkan diri dari obyek sehingga belum pernah mengalaminya) apa yang terjadi setelahnya.
Misteri mati ini pulalah yang menyibukkan para pemikir mengungkapkan beberapa teori tentang kematian dan implikasinya. Sigmund Freud, ahli psikoanalisis mengatakan bahwa yang paling ditakuti oleh manusia adalah kematian. Karena kematian itu tidak dapat ditolak, dia mencari perlindungan kepada hal yang bersifat supernatural, yaitu Tuhan. Tuhan adalah imajinasi dia sendiri yang seakan-akan dapat membantu menyelesaikan misteri yang paling ditakutinya. Jadi, menurut Freud manusia yang percaya kepada Tuhan adalah manusia yang lemah dan butuh perlindungan kepada zat yang lebih besar.
Sattre, seorang tokoh eksistensialis yang sangat menegaskan kebebasan manusia, akhirnya dia mengakui bahwa manusia tidak bebas lagi ketika menghadapi kematian. Bagi Settre, maut adalah sesuatu yang absurd karena kenyataan bahwa maut tidak bisa ditunggu, melainkan hanya bisa diharapkan akan datang. Tetapi, kapan datangnya maut tidak ada yang dapat memastikannya. Kita tidak memiliki pilihan lain lagi, maut adalah kepastian, yaitu nistanya kita sebagai eksistensi. Dengan kematian, eksistensi berakhir dan kita kembali ke esensi, kata Sattre.
Agama tanpa ada doktrin hidup sesudah mati bagaikan bergantung tali, karena kepercayaan kepada akhirat itu merupakan pegangan dan sekaligus faktor yang mendorong pemeluk agama taat beribadat, berakhlak mulia, dan menjalankan semua perintah Tuhan. Kalau memang kita berbuat baik hanya mengharapkan hasilnya di dunia, seseorang tidak perlu mempercayai adanya akhirat. Akan tetapi setiap manusia sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil di dunia sehingga keadaan yang demikian mendorong manusia untuk mencari keadilan ‘sempurna’, sesuatu yang hanya bisa didapatkan di dunia yang ‘sempurna’ juga’.
Dalam filsafat Islam perbincangan tentang eskatologi menjadi sebuah bidang tersendiri sebagai refleksi pengungkapan dimensi-dimensi metafisis dan ketuhanan yang berlandaskan pada ayat-ayat yang termaktub di dalam al-Qur’ān. Walaupun demikian pembahasan tentang eskatologi ini mengundang perdebatan yang sangat krusial di antara para pemikir Islam, filsuf, dan lain sebagainya. Seperti Imam al-Ghazali yang cenderung mengkafirkan para filsuf yang diwakili oleh al-Farabi dan Ibn Sina karena tiga sebab yang salah satunya adalah persoalan eskatologis.
Salah satu contoh filsuf islam, Ibn Sina berpendapat bahwa jiwa manusia diciptakan bersamaan dengan jasad, tetapi jiwa itu bersifat kekal. Ia juga berpendapat bahwa sesuatu yang dirusak dikarenakan oleh faktor lain maka sudah sepatutnya juga ia bergantung padanya. Namun, jiwa terpisah wujudnya dari jasad karena tidak mungkin jiwa tergantung pada tubuh, sedangkan jiwa telah ditetapkan sebagai esensi yang berdiri sendiri. Jiwa juga tidak mendahului jasad karena kalau kiwa mendahuluinya terkesan jasad yang menyebabkan jiwa, dan jiwa seakan-akan ada untuk mengabdi pada jasad. Jadi, dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan kausalitas. Hubungan jasad dengan jiwa menurut Ibn Sina bukan hubungan korelatif atau keharusan, melainkan hubungan tuan dengan hambanya atau antara pemilik dengan miliknya. Pemilik tidak akan terpengaruh walaupun miliknya berubah. Jiwa adalah yang memerintah dan jasad yang diperintah, bukan kebalikannya.
Tuhan adalah hal paling penting dalam ajaran setiap agama dan masalah paling pokok dalam filsafat. Setiap agama tidak dapat disebut sebaga ‘agama’ apabila ia tidak memiliki Tuhan untuk disembah. Begitu juga dengan filsafat, yang dimana hal ini merupakan permasalahan terbesar di dalamnya.
Sebagian filsuf Yunani banyak yang meributkan konsep-konsep alam sehingga tanpa mereka sadari merujuk pada konsep Tuhan juga. Sedangkan Plato dan Aristoteles, telah mengemukakan pendapat yang sudah sampai memikirkan sesuatu realitas di luar alam. Konsep-konsep mereka tentang Tuhan telah tergambar dengan baik sehingga menjadi akar pemikiran filsuf-filsuf selanjutnya. Dari Plato sendiri menamakannya dengan Ide Kebaikan dan Aristoteles menyebutnya dengan Sebab Utama atau Penggerak Yang Tidak Bergerak. Walaupun para filsuf telah mampu mengetahui realitas tertinggi dari semua wujud, realitas itu belum sampai kepada konsep utuh yang diinginkan oleh agama karena Tuhan dalam filsafat masih bersifat impersonal, bukan Tuhan sebagai personal.
Pada prinsipnya, Tuhan yang personal dan Tuhan yang impersonal dapat dibedakan dalam berbagai segi, yaitu :
1. Tuhan personal menekankan pada identitas Tuhan sebagai zat yang sempurna dan perlu disembah sebagai wujud pengabdian makhluk kepada penciptanya. Tuhan impersonal tidak mempersoalkan identitas Tuhan, tetapi yang terpenting adalah ide tentang Tuhan merupakan konsekuensi logis dari keberadaan wujud. Karena itu, Tuhan impersonal tidak disembah dan dipuja.
2. Tuhan personal berasal dari petunjuk wahyu, sedangkan Tuhan impersonal berasal dari kesimpulan pemikiran manusia. Karena itu, Tuhan dalam agama adalah Zat Pencipta dan sekaligus Pemelihara alam. Sedangkan dalam filsafat, Tuhan hanya sebagai Sebab Awal dan tujuan segala wujud.
3. Tuhan personal mengakui bahwa Tuhan adalah Zat yang sama sekali berbeda dengan makhluk. Perbedaan itu terletak pada sifat Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Adil. Karena perbedaan yang begitu besar, makhluk, terutama manusia mempunyai kewajiban untuk mengadakan hubungan baik dengan Tuhan agar sifat-sifat yang begitu baik bisa tersalurkan dalam diri mereka. Hubungan itu dilakukan dengan memperbanyak ibadah dan ritual-ritual keagamaan. Tuhan impersonal tidak mempersoalkan hubungan baik dengan Tuhan itu sebab Tuhan adalah hasil ide manusia saja atau sebuah Zat yang dimensinya terputus oleh dimensi makhlukNya.
4. Tuhan personal menonjolkan perbedaan antara makhluk dengan Tuhan sebagai Pencipta, sedangkan dalam Tuhan yang impersonal berusaha atau tidak memperdulikan perbedaan tersebut dengan menganggap manusia sebagai bagian dari diriNya, bahkan dalam panteisme misalnya, perbedaan antara Tuhan dan makhluk hilang sama sekali.
Pada kenyataannya agama memang bukan filsafat, tetapi menurut Gilson, ajaran agama mengajukan prinsip-prinsip yang kaya akan prinsip-prinsip filsafat. Karena itu, ia dapat membantu perncarian akal terhadap Tuhan. Arogansi akal untuk dapat secara mandiri menemukan Tuhan tanpa sinaran wahyu, adalah sesuatu yang naïf. Dan hal itu telah terbukti dalam pencarian para filsuf Yunani, bahkan ketika Descartes berusaha memisahkan filsafat dari agama.
Terhadap juga gugatan yang sering dimunculkan para saintis, Gilson menilai pernyataan semacam itu muncul karena ketidaksiapan menerima kenyataan bahwa agama dan filsafat (juga sains) adalah dua lanskap yang seharusnya dapat bertemu. Karena sains menjawab pertanyaan tentang bagaimana, sedangkan agama menjawab tentang mengapa. Hanya saja tidak banyak orang yang berani mengakuinya. Para sains atau filsuf kontemporer yang terpikat oleh daya pesona rasio telah kehilangan selera terhadap metafisika dan agama. Sementara yang lain, karena terlalu khusuk dalam berkontemplasi menyadari bahwa metafisika dan agama seharusnya dapat dipertemukan tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana. Karena itu ada yang kemudian memisahkan agama dari filsafat, atau meninggalkan agama demi fisafat atau sebaliknya. Padahal hal tersebut, dalam pandangan Gilnson tidak perlu terjadi. Dan menurutnya orang yang dapat melakukan hal itu adalah mereka yang dapat menyatukan bahwa Tuhan filosof adalah Tuhan yang juga dipeluk oleh Ibrahim, Ishaq dan Ya’kub.
B. Kekuasaan Mutlak Tuhan dengan Kebebasan Manusia.
Terdapat dua konsep ekstrem yang menyatakan hubungan Tuhan dan manusia ditinjau dari sifat kekuasaan mutlak Tuhan dan kebebasan manusia. Konsep pertama mengatakan bahwa Tuhan Maha Kuasa, manusia tidak bebas berkehendak dan berbuat, yang dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia sebenarnya adalah perbuatan Tuhan. Dalam bahasa Inggris hal ini disebut predestination (fatalisme). Lalu konsep kedua yang mengatakan bahwa perbuatan manusia kebebasannya sendiri, sedangkan Tuhan hanya berperan menciptakan sifat/daya kebebasan itu pada manusia. Dalam bahasa Inggris hal ini disebut dengan free will.
Baik dalam paham predestination ataupun free will, hampir terdapat di semua agama dan memunculkan persoalan yang selalu dibahas oleh para teolog dan filsuf. Berbagai cara dicari untuk menyelesaikan persoalan tersebut, namun belum ada hasil yang benar-benar memuaskan semua pihak. Dalam teologi Islam terdapat beberapa golongan yang membahas persoalan tersebut seperti Mu’tazilah, Asya’ariah, dan Maturidiah.
Golongan Mu’tazilah pada dasarnya lebih dekat pada paham Qadariah. Al-Jubba’i, salah seorang tokoh Mu’tazilah, berpendapat bahwa manusialah yang menciptakan perbuatannya, manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan. Pendapat yang sama juga dikemukakan ‘Abd jabbar. Menurutnya, perbuatan manusia bukanlah ciptaan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatan itu. Perbuatan dihasilkan dari daya yang bersifat baru, yang sebenarnya bukan perbuatan tuhan. Sehingga Manusia adalah makhluk yang bebas untuk memilih.
Berbeda dengan golongan Mu’tazilah, golongan Asy’ariah berpendapat bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya adalah perbuatan Tuhan, hanya saja manusia memiliki kemampuan yang disebut kasb (perolehan). Kasb adalah sesuatu yang terjadi dengan perantaraan daya yang diciptakan dan dengan demikian menjadi perolehan bagi seseorang yang dengan daya itu perbuatannya timbul. Kasb itu sendiri adalah ciptaan Tuhan, sehingga menghilangkan arti keaktifan itu sendiri.
Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran Maturidiah terpisah menjadi dua aliran, yaitu Maturidiyah Samarqand dan Maturidiyah Bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terdapat kekuasaan mutlak Tuhan. Kehendak mutlak Tuhan menurut Maturidiyah Samarqand, dibatasi oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia. Adapun Maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada larangan bagi Tuhan terletak pada kehendak mutlak-Nya tidak ada suatu dzat pun yang lebih berkuasa dari pada-Nya dan tidak ada batasan-batasan bagi-Nya tampaknya aliran Maturidiyah Samarqand lebih dekat dengan Asy`ariyah Al-Bazdaqi mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan cosmos. Tuhan berbuat sekedendak-Nya sendiri. Ini berarti bahwa alam tidak diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain. Konsep lain keadilan Tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia tetapi pada Tuhan sebagai pemilik mutlak.
C. Hidup Sesudah Mati
Keadaan sesudah mati adalah misteri di atas misteri karena kematian adalah faktayang setiap manusia akan mengalaminya dan tidak dapat mengetahui (bagi subyek yang berusaha memisahkan diri dari obyek sehingga belum pernah mengalaminya) apa yang terjadi setelahnya.
Misteri mati ini pulalah yang menyibukkan para pemikir mengungkapkan beberapa teori tentang kematian dan implikasinya. Sigmund Freud, ahli psikoanalisis mengatakan bahwa yang paling ditakuti oleh manusia adalah kematian. Karena kematian itu tidak dapat ditolak, dia mencari perlindungan kepada hal yang bersifat supernatural, yaitu Tuhan. Tuhan adalah imajinasi dia sendiri yang seakan-akan dapat membantu menyelesaikan misteri yang paling ditakutinya. Jadi, menurut Freud manusia yang percaya kepada Tuhan adalah manusia yang lemah dan butuh perlindungan kepada zat yang lebih besar.
Sattre, seorang tokoh eksistensialis yang sangat menegaskan kebebasan manusia, akhirnya dia mengakui bahwa manusia tidak bebas lagi ketika menghadapi kematian. Bagi Settre, maut adalah sesuatu yang absurd karena kenyataan bahwa maut tidak bisa ditunggu, melainkan hanya bisa diharapkan akan datang. Tetapi, kapan datangnya maut tidak ada yang dapat memastikannya. Kita tidak memiliki pilihan lain lagi, maut adalah kepastian, yaitu nistanya kita sebagai eksistensi. Dengan kematian, eksistensi berakhir dan kita kembali ke esensi, kata Sattre.
Agama tanpa ada doktrin hidup sesudah mati bagaikan bergantung tali, karena kepercayaan kepada akhirat itu merupakan pegangan dan sekaligus faktor yang mendorong pemeluk agama taat beribadat, berakhlak mulia, dan menjalankan semua perintah Tuhan. Kalau memang kita berbuat baik hanya mengharapkan hasilnya di dunia, seseorang tidak perlu mempercayai adanya akhirat. Akan tetapi setiap manusia sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil di dunia sehingga keadaan yang demikian mendorong manusia untuk mencari keadilan ‘sempurna’, sesuatu yang hanya bisa didapatkan di dunia yang ‘sempurna’ juga’.
Dalam filsafat Islam perbincangan tentang eskatologi menjadi sebuah bidang tersendiri sebagai refleksi pengungkapan dimensi-dimensi metafisis dan ketuhanan yang berlandaskan pada ayat-ayat yang termaktub di dalam al-Qur’ān. Walaupun demikian pembahasan tentang eskatologi ini mengundang perdebatan yang sangat krusial di antara para pemikir Islam, filsuf, dan lain sebagainya. Seperti Imam al-Ghazali yang cenderung mengkafirkan para filsuf yang diwakili oleh al-Farabi dan Ibn Sina karena tiga sebab yang salah satunya adalah persoalan eskatologis.
Salah satu contoh filsuf islam, Ibn Sina berpendapat bahwa jiwa manusia diciptakan bersamaan dengan jasad, tetapi jiwa itu bersifat kekal. Ia juga berpendapat bahwa sesuatu yang dirusak dikarenakan oleh faktor lain maka sudah sepatutnya juga ia bergantung padanya. Namun, jiwa terpisah wujudnya dari jasad karena tidak mungkin jiwa tergantung pada tubuh, sedangkan jiwa telah ditetapkan sebagai esensi yang berdiri sendiri. Jiwa juga tidak mendahului jasad karena kalau kiwa mendahuluinya terkesan jasad yang menyebabkan jiwa, dan jiwa seakan-akan ada untuk mengabdi pada jasad. Jadi, dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan kausalitas. Hubungan jasad dengan jiwa menurut Ibn Sina bukan hubungan korelatif atau keharusan, melainkan hubungan tuan dengan hambanya atau antara pemilik dengan miliknya. Pemilik tidak akan terpengaruh walaupun miliknya berubah. Jiwa adalah yang memerintah dan jasad yang diperintah, bukan kebalikannya.
Rabu, 26 Mei 2010
Review ulang kenangan menarik 2006-2008, me with science 2
Teringat KIKI INDRAYANTI yang jatuh konyol karena saking semangatnya ikut lomba tarik tambang cewek serta tawanya yang menggelegar, baik tapi galak. RAHMAD RAMDHANI a.k.a mamet idol yang nganterin aku ke Malioboro tengah malam kelaparan dengan hasil nol besar, ngambilin hpku yg ketinggalan di bus, nemenin tidur di kamar serem gara2 aku ga kuat debu kamar atas (gara2 disuruh bu endang sih sebenernya, hehe), dll, amat perhatian sekaligus amat nyebelin. Pelawak aneh BAMBANG SETIAWAN yang ngajarin aku arti kata co*i* gara2 aku neriakin dia co*i* (kukira artinya cowo gokil) di IISIP. Teringat juga buku AA Gym SHEILLA RIZKIA FERIANTI yang baru aku kembaliin setelah 2 tahun pinjam, dan flash disk yang aku ilangin gara2 dia mau nitip dimasukin foto2 dude ke fdnya (padahal pengen kukerjain pke masukin fotoku). ILHAM HARIS SUSILO yang klo ngojek kyk orang kesetanan (kapok diojekin dia lg) dan kata 'kemarau'nya yang amat khas menggambarkan muka tebalnya. Dan temenku yang paling polos RENITA CARINE HARSONO yang aku agak canggung deketin dia klo lagi 'nyambung' sama gandul, kalo lagi 'putus' sih ok2 aja, hehe. Pas kelas 2 aku juga sring digodain(digangguin) sama DINAR SEPTIANINGSIH, gara2 dia aku diancem jambrong (+digodain jga, awas lu nay). Lalu ada RINA PURWANINGSIH, cewek menor (hahahaha) yang narsisnya minta ampun, ngelebihin cewek sebangkunya yang aku kira udah kelewat narsis. KRISTIAN ADRIATMOKO yang kayaknya klop banget klo dijodohin ama rincul (hehe), entah kenapa anak2 (dan aku juga) selalu heran klo dia punya pacar cantik dan sejenisnya, kikikik.
Selasa, 23 Maret 2010
Sekilas tentang Filsafat Yunani Klasik
SOKRATES
Sejarah Sokrates merupakan suatu masalah bagi para ahli sejarah filsafat karena Sokrates sendiri tidak menuliskan apa-apa, jadi, untuk menentukan pemikirannya, kita tidak dapat mempergunakan buah pena Sokrates sendiri. Itulah sebabnya kita harus mencari sumber-sumber lain yang memberi kesaksian tentang kepribadian dan ajaran Sokrates. Sumber-sumber ini didapatkan dari Aristophanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles, walaupun sumber-sumber ini tidak menggambarkan Sokrates dan kearifannya dalam bidang filsafat dengan cara yang sama.
Sokrates lahir pada tahun 470 SM atau sekitarnya, ia dijatuhi hukuman mati pada tahun 399 SM, dan untuk itu kita tahu bahwa Sokrates hidup sekitar 70 tahun lamanya. Konon ayahnya, Sophroniskos, adalah seorang pemahat, tetapi berita itu agaknya tidak memiliki dasar historis. Ibunya, Phainarete, adalah seorang bidan. Ada kesaksian pula bahwa Sokrates adalah murid Arkhaelos, filsuf yang mengganti Anaxagoras di Athena. Ia juga membaca buku Anaxagoras karena tertarik oleh ajarannya mengenai nus. Tetapi ia sangat kecewa tentang isi ajaran itu. Pada usia masih muda ia berbalik dari filsafat alam dan mulai mencari jalannya sendiri.
Karena Sokrates masuk tentara Athena sebagai hopilites, dapat disimpulkan bahwa mula-mula ia tidak berkekurangan, sebab di Athena hanya pemilik-pemilik tanah yang diizinkan dalam pasukan tersebut. Tetapi lama-kelamaan ia menjadi miskin, karena ia hanya mengutamakan keaktifannya sebagai filsuf. Pada usia lebih lanjut, ia menikah dengan Xantippe. Socrates sering dimarahinya karena gaya hidup yang teramat sederhana dan terkesan tidak memperhatikan keluarganya. Sokrates memiliki tiga orang anak laki-laki dari perkawinannya itu dan dua anak masih dalam usia muda saat ia meninggal dunia.
Pada usia 70 tahun ia diajukan ke sidang karena dianggap membahayakan penduduk Athena. Ia dituduh tidak percaya pada Tuhan-Tuhan yang diakui oleh polis dan mengintrodusir praktek-praktek religius baru, ia juga bersalah karena ia mempunyai pengaruh yang kurang baik atau kaum muda. Dan akhirnya Socrates meninggal karena ia dihukum mati dengan meminum secawan racun, demi mempertahankan pendiriannya yang tidak ingin meninggalkan Athena seperti yang dilakukan kaum sofis.
Ajaran-ajaran Socrates sebenarnya merupakan kritik terhadap kaum sofis, dimana mereka mengajarkan kebijakan pada banyak orang baik didalam Athena maupun di luar kota Athena, namun dengan memungut bayaran. Biasanya yang kaum Sofis ajarkan ialah retorika dan kebanyakan dari mereka orangnya bersifat angkuh karena mereka merasa telah menjadi orang yang paling bijaksana dan kaum sofis mengatakan kebenaran berlaku relatif/subjektif.
Sokrates membantah itu semua, ia mengatakan pasti ada kebenaran yang sifatnya obyektif, dan ia lebih memusatkan perhatian pada tingkah laku manusia, bahkan ada seorang yang mengatakan Socrates telah membawa filsafat dari langit turun ke bumi, ini didasarkan atas ajarannya yang menjadikan filsafat memperhatikan manusia bukan alam semesta.
Cara yang dilakukannya adalah dengan metode dialektika yaitu melakukan dialog dengan siapa saja yang ditemuinya dan Sokrates bertanya tentang segala hal yang menyangkut kehidupan manusia bahkan pertanyaannya terkadang mudah namun sulit untuk dijawab oleh beberapa orang, terkadang ia mengungkapkan pertanyaan dengan humor yang terkesan tidak serius.
Sokrates sebenarnya ingin memperkenalkan metodenya ini dengan nama maieutike tekhne atau dapat diartikan sebagai seni kebidanan. Yang dimaksud Socrates disini adalah membidani jiwa, karena ia percaya bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan semu yang didapat dari ilham yang disampaikan oleh roh atau pertanda ilahi (daimonion semeion), namun biasanya manusia tidak menyadarinya, dan tugasnyalah untuk menyedarkan mereka akan pengetahuan semua itu sehingga yang tadinya pengetahuan bersifat semu itu menjadi pengetahuan yang nyata dan disadari.
PLATO
Plato lahir pada tahun sekitar 428/7 SM dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sesudah Ariston meninggal, Periktione dinikahi pamannya yang bernama Pyrilampes. Plato banyak terpengaruh oleh kehadiran Pyrilampes ini, seorang politikus yang termasuk kalangan Perikles. Menurut kesaksian Aristoteles, Plato juga dipengaruhi oleh Kratylos, seorang filsuf yang meneruskan ajaran Herakleitos. Kratylos berpendapat bahwa dunia kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehingga pengenalan tidak mungkin karena suatu nama pun tidak dapat diberikan kepada benda-benda.
Dari pergaulan dengan para politikus, Plato akhirnya meciptakan sebuah pemikiran bahwa pemimpin suatu negara haruslah seorang filsuf. Hal ini dilontarkan karena kekecewaannnya atas kepemimpinan para politikus yang ada pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan kematian gurunya, yaitu Sokrates, yang di persidangan berakhir pada kematian.
Pada perkembangan selanjutnya Plato mendirikan Akademia sebagai pusat penyelidikan ilmiah dan disekolah ini ia berusaha merealisasikan cita-citanya, yaitu menjadikan filsuf-filsuf yang siap menjadi pemimpin negara. Akademia inilah awal dari munculnya universitas-universitas saat ini karena lebih menekankan pada kajian ilmiah yang bukan sekedar retorika. Ia terus mengepalai dan mengajar di akademia ini hingga akhir hayatnya yaitu pada tahun 348/7 SM.
Dalam menghasilkan karya-karya fisafatnya, Plato menggunakan metode dialektika karena ia percaya filsafat akan lebih baik dan teruji jika dilakukan melalui dialektika dan banyak dari karya-karyanya disampaikan secara lisan di akademia-nya. Disatu sisi ia masih mempercayai beberapa mitos yang digunakan olehnya untuk mengemukakan dugaan-dugaan mengenai hal-hal adiduniawi. Dan tentunya ia banyak dipengaruhi oleh gurunya, Sokrates, dalam pemikirannya.
Idea merupakan inti dasar dari seluruh filsafat yang diajarkan oleh Plato. Ia beranggapan bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari subjek yang berpikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Dalam menerangkan idea ini Plato menerangkan dengan teori dua dunianya, yaitu dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan pancaindera, sifat dari dunia ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia idea, dan dunia idea ini semua serba tetap, sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna.
Plato menganggap bahwa jiwa merupakan pusat atau inti sari kepribadian manusia, dan pandangannya ini dipengaruhi oleh Sokrates, Orfisme, dan mazhab Pythagorean. Salah satu argumen yang penting ialah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan idea-idea, dengan itu ia menuruti prinsip-prinsip yang mempunyai peranan besar dalam filsafat. Jiwa memang mengenal idea-idea, maka atas dasar prinsip tadi disimpulkan bahwa jiwa pun mempunyai sifat-sifat yang sama dengan idea-idea, jadi sifatnya abadi dan tidak berubah.
Plato mengatakan bahwa dengan kita mengenal sesuatu benda atau apa yang ada di dunia ini, sebenarnya hanyalah proses pengingatan sebab menurutnya setiap manusia sudah mempunyai pengetahuan yang dibawanya pada waktu ia berada di dunia idea. Ketika manusia masuk ke dalam dunia realitas jasmani, pengetahuan yang sudah ada itu hanya tinggal diingatkan saja. Maka Plato menganggap juga bahwa fungsi seorang guru adalah mengingatkan muridnya tentang pengetahuan yang sebetulnya sudah lama mereka miliki.
Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengaatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani kuno, yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/ adat kebiasaan saja dan bukan physis/ kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau negara.
ARISTOTELES
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, pada tahun 384 SM. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada umur tujuh belas tahun, Aristoteles dikirim ke Athena agar ia dapat belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama kemudian Plato meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru anak raja Philippos yang berumur tiga belas tahun dan kemudian dalam sejarah terkenal dengan nama Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ dibuka sekolahnya sendiri yang dinamakan Lyceum, dinamakan begitu karena tempatnya dekat dengan halaman yang dipersembahkan kepada dewa Apollo Lykeios. Dengan semangat yang besar sekali, para anggota Lyceum memperlajari semua ilmu yang dikenal pada waktu itu. Aristoteles membentuk suatu perpustakaan yang memgumpulkan macam-macam manuskrip dan peta bumi. Menurut kesaksian Strabo, seorang sejarawan Yunani-Romawi, itulah perpustakaan pertama dalam sejarah manusia. Mungkin Aristoteles membuka juga semacam museum yang mengumpulkan semua benda yang menarik perhatian, terutama dalam bidang zoologi dan biologi. Diceritakan juga bahwa Alexander memberi suatu sumbangan besar untuk membentuk koleksi itu dan memerintahkan semua pemburu, penangkap unggas, dan nelayan dalam kerajaannya, supaya mereka melaporkan kepada Aristoteles mengenai semua hasil yang menarik dari sudut ilmiah.
Perkawinan pertama Aristoteles dengan Pythias ini membuahkan seorang anak perempuan. Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis yang melahirkan anak laki-laki bernama Nikomakhos. Suatu kejadian yang sangat menggelisahkan bagi Lyceum adalah kematian Alexander Agung pada tahun 323 SM. Hal ini mengakibatkan suatu gerakan anti-Macedonia dengan maksud melepaskan Athena dari kerjaan Macedonia. Aristoteles dituduh karena kedurhakaan (asebeia). Ia meletakkan pimpinan Lyceum kepada muridnya, Theophrastos, dan melarikan diri ke Khalis, tempat asal ibunya. Menurut tradisi kuno, Aristoteles melarikan diri dengan mengatakan “Ia tidak akan membiarkan Athena berdosa terhadap filsafat untuk kedua kalinya” (dengan alusi kepada nasib Sokrates). Tetapi pada tahun berikutnya ia jatuh sakit dan meninggal di tempat pembuangan itu pada usia 62/63 tahun. Kita masih memiliki teks wasiat Aristoteles yang disimpat oleh Diogenes Laertios.
Tercatat bahwa 47 karya Aristoteles masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku berhasil diciptakannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang hebatnya. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, psikologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba.
Mungkin sekali yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filsafat yang penting ini. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian bahasa Yunani sekarang dianggap memiliki arti Tuhan.
Di bidang politik, Aristoteles sudah mulai membedakan sejara jelas ajaran Plato tentang negara dan etika individual karena dalam dialog Politeia misalnya, hal ini membicarakan kesua-duanya.Dalam suatu karyanya sendiri yang bernama Politica, ia menghidangkan pikirannya tentang negara atau politik. Namun demikian, pada Aristoteles juga ada hubungan erat antara politik dan etika, sehingga pada akhir uraiannya dalam Ethica Nicomachea sudah menunjuk kepada karyanya mengenai politik.
Sejarah Sokrates merupakan suatu masalah bagi para ahli sejarah filsafat karena Sokrates sendiri tidak menuliskan apa-apa, jadi, untuk menentukan pemikirannya, kita tidak dapat mempergunakan buah pena Sokrates sendiri. Itulah sebabnya kita harus mencari sumber-sumber lain yang memberi kesaksian tentang kepribadian dan ajaran Sokrates. Sumber-sumber ini didapatkan dari Aristophanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles, walaupun sumber-sumber ini tidak menggambarkan Sokrates dan kearifannya dalam bidang filsafat dengan cara yang sama.
Sokrates lahir pada tahun 470 SM atau sekitarnya, ia dijatuhi hukuman mati pada tahun 399 SM, dan untuk itu kita tahu bahwa Sokrates hidup sekitar 70 tahun lamanya. Konon ayahnya, Sophroniskos, adalah seorang pemahat, tetapi berita itu agaknya tidak memiliki dasar historis. Ibunya, Phainarete, adalah seorang bidan. Ada kesaksian pula bahwa Sokrates adalah murid Arkhaelos, filsuf yang mengganti Anaxagoras di Athena. Ia juga membaca buku Anaxagoras karena tertarik oleh ajarannya mengenai nus. Tetapi ia sangat kecewa tentang isi ajaran itu. Pada usia masih muda ia berbalik dari filsafat alam dan mulai mencari jalannya sendiri.
Karena Sokrates masuk tentara Athena sebagai hopilites, dapat disimpulkan bahwa mula-mula ia tidak berkekurangan, sebab di Athena hanya pemilik-pemilik tanah yang diizinkan dalam pasukan tersebut. Tetapi lama-kelamaan ia menjadi miskin, karena ia hanya mengutamakan keaktifannya sebagai filsuf. Pada usia lebih lanjut, ia menikah dengan Xantippe. Socrates sering dimarahinya karena gaya hidup yang teramat sederhana dan terkesan tidak memperhatikan keluarganya. Sokrates memiliki tiga orang anak laki-laki dari perkawinannya itu dan dua anak masih dalam usia muda saat ia meninggal dunia.
Pada usia 70 tahun ia diajukan ke sidang karena dianggap membahayakan penduduk Athena. Ia dituduh tidak percaya pada Tuhan-Tuhan yang diakui oleh polis dan mengintrodusir praktek-praktek religius baru, ia juga bersalah karena ia mempunyai pengaruh yang kurang baik atau kaum muda. Dan akhirnya Socrates meninggal karena ia dihukum mati dengan meminum secawan racun, demi mempertahankan pendiriannya yang tidak ingin meninggalkan Athena seperti yang dilakukan kaum sofis.
Ajaran-ajaran Socrates sebenarnya merupakan kritik terhadap kaum sofis, dimana mereka mengajarkan kebijakan pada banyak orang baik didalam Athena maupun di luar kota Athena, namun dengan memungut bayaran. Biasanya yang kaum Sofis ajarkan ialah retorika dan kebanyakan dari mereka orangnya bersifat angkuh karena mereka merasa telah menjadi orang yang paling bijaksana dan kaum sofis mengatakan kebenaran berlaku relatif/subjektif.
Sokrates membantah itu semua, ia mengatakan pasti ada kebenaran yang sifatnya obyektif, dan ia lebih memusatkan perhatian pada tingkah laku manusia, bahkan ada seorang yang mengatakan Socrates telah membawa filsafat dari langit turun ke bumi, ini didasarkan atas ajarannya yang menjadikan filsafat memperhatikan manusia bukan alam semesta.
Cara yang dilakukannya adalah dengan metode dialektika yaitu melakukan dialog dengan siapa saja yang ditemuinya dan Sokrates bertanya tentang segala hal yang menyangkut kehidupan manusia bahkan pertanyaannya terkadang mudah namun sulit untuk dijawab oleh beberapa orang, terkadang ia mengungkapkan pertanyaan dengan humor yang terkesan tidak serius.
Sokrates sebenarnya ingin memperkenalkan metodenya ini dengan nama maieutike tekhne atau dapat diartikan sebagai seni kebidanan. Yang dimaksud Socrates disini adalah membidani jiwa, karena ia percaya bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan semu yang didapat dari ilham yang disampaikan oleh roh atau pertanda ilahi (daimonion semeion), namun biasanya manusia tidak menyadarinya, dan tugasnyalah untuk menyedarkan mereka akan pengetahuan semua itu sehingga yang tadinya pengetahuan bersifat semu itu menjadi pengetahuan yang nyata dan disadari.
PLATO
Plato lahir pada tahun sekitar 428/7 SM dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sesudah Ariston meninggal, Periktione dinikahi pamannya yang bernama Pyrilampes. Plato banyak terpengaruh oleh kehadiran Pyrilampes ini, seorang politikus yang termasuk kalangan Perikles. Menurut kesaksian Aristoteles, Plato juga dipengaruhi oleh Kratylos, seorang filsuf yang meneruskan ajaran Herakleitos. Kratylos berpendapat bahwa dunia kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehingga pengenalan tidak mungkin karena suatu nama pun tidak dapat diberikan kepada benda-benda.
Dari pergaulan dengan para politikus, Plato akhirnya meciptakan sebuah pemikiran bahwa pemimpin suatu negara haruslah seorang filsuf. Hal ini dilontarkan karena kekecewaannnya atas kepemimpinan para politikus yang ada pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan kematian gurunya, yaitu Sokrates, yang di persidangan berakhir pada kematian.
Pada perkembangan selanjutnya Plato mendirikan Akademia sebagai pusat penyelidikan ilmiah dan disekolah ini ia berusaha merealisasikan cita-citanya, yaitu menjadikan filsuf-filsuf yang siap menjadi pemimpin negara. Akademia inilah awal dari munculnya universitas-universitas saat ini karena lebih menekankan pada kajian ilmiah yang bukan sekedar retorika. Ia terus mengepalai dan mengajar di akademia ini hingga akhir hayatnya yaitu pada tahun 348/7 SM.
Dalam menghasilkan karya-karya fisafatnya, Plato menggunakan metode dialektika karena ia percaya filsafat akan lebih baik dan teruji jika dilakukan melalui dialektika dan banyak dari karya-karyanya disampaikan secara lisan di akademia-nya. Disatu sisi ia masih mempercayai beberapa mitos yang digunakan olehnya untuk mengemukakan dugaan-dugaan mengenai hal-hal adiduniawi. Dan tentunya ia banyak dipengaruhi oleh gurunya, Sokrates, dalam pemikirannya.
Idea merupakan inti dasar dari seluruh filsafat yang diajarkan oleh Plato. Ia beranggapan bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari subjek yang berpikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Dalam menerangkan idea ini Plato menerangkan dengan teori dua dunianya, yaitu dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan pancaindera, sifat dari dunia ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia idea, dan dunia idea ini semua serba tetap, sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna.
Plato menganggap bahwa jiwa merupakan pusat atau inti sari kepribadian manusia, dan pandangannya ini dipengaruhi oleh Sokrates, Orfisme, dan mazhab Pythagorean. Salah satu argumen yang penting ialah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan idea-idea, dengan itu ia menuruti prinsip-prinsip yang mempunyai peranan besar dalam filsafat. Jiwa memang mengenal idea-idea, maka atas dasar prinsip tadi disimpulkan bahwa jiwa pun mempunyai sifat-sifat yang sama dengan idea-idea, jadi sifatnya abadi dan tidak berubah.
Plato mengatakan bahwa dengan kita mengenal sesuatu benda atau apa yang ada di dunia ini, sebenarnya hanyalah proses pengingatan sebab menurutnya setiap manusia sudah mempunyai pengetahuan yang dibawanya pada waktu ia berada di dunia idea. Ketika manusia masuk ke dalam dunia realitas jasmani, pengetahuan yang sudah ada itu hanya tinggal diingatkan saja. Maka Plato menganggap juga bahwa fungsi seorang guru adalah mengingatkan muridnya tentang pengetahuan yang sebetulnya sudah lama mereka miliki.
Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengaatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani kuno, yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/ adat kebiasaan saja dan bukan physis/ kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau negara.
ARISTOTELES
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, pada tahun 384 SM. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada umur tujuh belas tahun, Aristoteles dikirim ke Athena agar ia dapat belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama kemudian Plato meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru anak raja Philippos yang berumur tiga belas tahun dan kemudian dalam sejarah terkenal dengan nama Alexander Yang Agung. Aristoteles mendidik Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ dibuka sekolahnya sendiri yang dinamakan Lyceum, dinamakan begitu karena tempatnya dekat dengan halaman yang dipersembahkan kepada dewa Apollo Lykeios. Dengan semangat yang besar sekali, para anggota Lyceum memperlajari semua ilmu yang dikenal pada waktu itu. Aristoteles membentuk suatu perpustakaan yang memgumpulkan macam-macam manuskrip dan peta bumi. Menurut kesaksian Strabo, seorang sejarawan Yunani-Romawi, itulah perpustakaan pertama dalam sejarah manusia. Mungkin Aristoteles membuka juga semacam museum yang mengumpulkan semua benda yang menarik perhatian, terutama dalam bidang zoologi dan biologi. Diceritakan juga bahwa Alexander memberi suatu sumbangan besar untuk membentuk koleksi itu dan memerintahkan semua pemburu, penangkap unggas, dan nelayan dalam kerajaannya, supaya mereka melaporkan kepada Aristoteles mengenai semua hasil yang menarik dari sudut ilmiah.
Perkawinan pertama Aristoteles dengan Pythias ini membuahkan seorang anak perempuan. Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis yang melahirkan anak laki-laki bernama Nikomakhos. Suatu kejadian yang sangat menggelisahkan bagi Lyceum adalah kematian Alexander Agung pada tahun 323 SM. Hal ini mengakibatkan suatu gerakan anti-Macedonia dengan maksud melepaskan Athena dari kerjaan Macedonia. Aristoteles dituduh karena kedurhakaan (asebeia). Ia meletakkan pimpinan Lyceum kepada muridnya, Theophrastos, dan melarikan diri ke Khalis, tempat asal ibunya. Menurut tradisi kuno, Aristoteles melarikan diri dengan mengatakan “Ia tidak akan membiarkan Athena berdosa terhadap filsafat untuk kedua kalinya” (dengan alusi kepada nasib Sokrates). Tetapi pada tahun berikutnya ia jatuh sakit dan meninggal di tempat pembuangan itu pada usia 62/63 tahun. Kita masih memiliki teks wasiat Aristoteles yang disimpat oleh Diogenes Laertios.
Tercatat bahwa 47 karya Aristoteles masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku berhasil diciptakannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang hebatnya. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, psikologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba.
Mungkin sekali yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filsafat yang penting ini. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian bahasa Yunani sekarang dianggap memiliki arti Tuhan.
Di bidang politik, Aristoteles sudah mulai membedakan sejara jelas ajaran Plato tentang negara dan etika individual karena dalam dialog Politeia misalnya, hal ini membicarakan kesua-duanya.Dalam suatu karyanya sendiri yang bernama Politica, ia menghidangkan pikirannya tentang negara atau politik. Namun demikian, pada Aristoteles juga ada hubungan erat antara politik dan etika, sehingga pada akhir uraiannya dalam Ethica Nicomachea sudah menunjuk kepada karyanya mengenai politik.
Labels:
Filsafat
Sekilas tentang Filsafat Jaman Modern
Ajaran terpenting dari filsafat modern adalah rasionalisme dari Rene Descartes, empirisme dari David Hume, dan Rasionalisme kritis/Filsafat transendental yang menggabungkan rasionalisme dan empirisme dari Immanuel Kant
RASIONALISME
Rasionalisme adalah teori/paham yg menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem kebenaran yang lepas dari jangkauan indra dan lebih mengutamakan kemampuan akal daripada emosi, atau batin. Perkembangan pengetahuan mengenai rasionalisme ini mulai berkembang pesat pada abad ke-17.
Orang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Dengan cogito ergo sum-nya Descartes mengandaikan bahwa pikiran atau kesadaran akan melukiskan kenyataan diluar pikiran kita, dengan kata lain keadaan diluar pikiran atau kenyataan yang kita temui diluar pikiran adalah bersumber dari pikiran atau kesadaran diri kita. Dengan cara menyadari kesadaran diri kita sendiri maka kita akan mengenal dunia diluar diri kita. Descartes hanya berpijak kepada salah satu alat yaitu rasio, sementara alat yang lainnya seperti indra diabaikan. Descartes beranggapan bahwa hanya dengan rasio atau kesadaran (cogito) maka kita akan mengenali diri dan pikiran kita, sementara kenyataannya kita masih melihat adanya ada lain di alam kenyataan.
Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778), Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), dan J.B. Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian, melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal. J.J. Rousseau adalah seorang tokoh pendidikan yang berpandangan bahwa seorang anak harus dididik sesuai dengan kemampuannya atau kesiapannya menerima pendidikan. J.J Rousseau meyakini kebenaran bahwa manusia terlahir dengan hak-hak yang secara kodrati melekat dalam dirinya. J.B. Basedow berpandangan bahwa pendidikan harus membentuk kebijaksanaan, kesusilaan, dan kebahagiaan.
EMPIRISME
Empirisme adalah aliran ilmu pengetahuan dan filsafat yang berdasarkan metode empiris, yaitu bahwa semua pengetahuan didapat dengan pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh akal, dan dijadikan sebagai sumber pengetahuan karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman, dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat aposteriori yang berarti setelah pengalaman (post to experience).
Filsuf empirisme David Hume (1711-1776), melakukan pembedaan antara kesan dan ide. Kesan merupakan penginderaan langsung atas realitas lahiriah, sementara ide adalah ingatan atas kesan-kesan. Menurutnya, kesan selalu muncul lebih dahulu, sementara ide sebagai pengalaman langsung tidak dapat diragukan. Dengan kata lain, karena ide merupakan ingatan atas kesan-kesan, maka isi pikiran manusia tergantung kepada aktivitas inderanya. Hume seperti layaknya filsuf Empirisme lainnya menganut prinsip epistemologis yang berbunyi, “nihil est intelectu quod non antea fuerit in sensu” yang berarti, “tidak ada satu pun ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data inderawi”.
Tokoh-tokoh empirisme lainnya antara lain Francis Bacon (1561-1626), dan Thomas Hobbes (1588-1679). Francis Bacon telah meletakkan dasar-dasar empirisme dan menyarankan agar penemuan-penemuan dilakukan dengan metode induksi. Menurutnya ilmu akan berkembang melalui pengamatan dalam ekperimen serta menyusun fakta-fakta sebagai hasil eksperimen. Pandangan Thomas Hobbes sangat mekanistik, karena merupakan bagian dari dunia, apa yang terjadi pada manusia atau yang dialaminya dapat diterangkan secara mekanik. Ini yang menyebabkan Thomas Hobbes dipandang sebagai penganjur materialisme. Sesuai dengan kodratnya manusia berkeinginan mempertahankan kebebasan dan menguasai orang lain. Hal ini menyebabkan adanya ungkapan homo homini lupus yang berarti bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain.
RASIONALISME KRITIS
Filsafat Kant (1724-1804) dirumuskan dalam perdebatan dua pandangan besar pada waktu itu, yakni rasionalisme dan empirisme, khususnya rasionalisme G.W. Leibniz (1646-1716), dan empirisme David Hume (1711-1776). Kant dipengaruhi oleh mereka, tetapi mengkritik kedua pemikiran filsuf ini untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka, serta kemudian merumuskan pandangannya sendiri sebagai sintesis kritis dari keduanya, yakni filsafat transendental (transcendental philosophy). Dalam arti yang lebih luas, ia mau ‘melampaui’ posisi epistemologis dua paradigma yang saling beroposisi tersebut. Ini adalah intensi utama dari filsafat Kant, yakni sebuah tanggapan terhadap problem epistemologis yang terkait dengan proyek pencerahan yang mendominasi panggung filsafat abad ke delapan belas.
Filsafat transendental Kant bukan bertujuan untuk mengetahui objek pengalaman, melainkan bagaimana subjek (manusia) bisa mengalami dan mengetahui sesuatu. Filsafat transendental itu tidak memusatkan diri dengan urusan mengetahui dan mengumpulkan realitas kongkrit seperti misalnya pengetahuan tentang anatomi tubuh binatang, geografis, dll, melainkan bertujuan untuk mengetahui hukum-hukum yang mengatur pengalaman dan pemikiran manusia tentang anatomi tubuh binatang, dll. Hukum-hukum itu oleh Kant disebut hukum apriori (hukum yang dikonstruksi akal budi manusia) dan bukan aposteriori (hukum yang berdasarkan pengetahuan inderawi).
Tujuan utama dari filsafat Kant adalah untuk menunjukkan bahwa manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman inderawi. Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif. Sementara pengetahuan moral diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati nurani manusia. Kant menentang empirisme dan rasionalisme karena bagi Kant kedua pandangan tersebut haruslah dikombinasikan dalam satu bentuk sintesis filosofis yang sistematis.
RASIONALISME
Rasionalisme adalah teori/paham yg menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem kebenaran yang lepas dari jangkauan indra dan lebih mengutamakan kemampuan akal daripada emosi, atau batin. Perkembangan pengetahuan mengenai rasionalisme ini mulai berkembang pesat pada abad ke-17.
Orang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Dengan cogito ergo sum-nya Descartes mengandaikan bahwa pikiran atau kesadaran akan melukiskan kenyataan diluar pikiran kita, dengan kata lain keadaan diluar pikiran atau kenyataan yang kita temui diluar pikiran adalah bersumber dari pikiran atau kesadaran diri kita. Dengan cara menyadari kesadaran diri kita sendiri maka kita akan mengenal dunia diluar diri kita. Descartes hanya berpijak kepada salah satu alat yaitu rasio, sementara alat yang lainnya seperti indra diabaikan. Descartes beranggapan bahwa hanya dengan rasio atau kesadaran (cogito) maka kita akan mengenali diri dan pikiran kita, sementara kenyataannya kita masih melihat adanya ada lain di alam kenyataan.
Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778), Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), dan J.B. Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian, melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal. J.J. Rousseau adalah seorang tokoh pendidikan yang berpandangan bahwa seorang anak harus dididik sesuai dengan kemampuannya atau kesiapannya menerima pendidikan. J.J Rousseau meyakini kebenaran bahwa manusia terlahir dengan hak-hak yang secara kodrati melekat dalam dirinya. J.B. Basedow berpandangan bahwa pendidikan harus membentuk kebijaksanaan, kesusilaan, dan kebahagiaan.
EMPIRISME
Empirisme adalah aliran ilmu pengetahuan dan filsafat yang berdasarkan metode empiris, yaitu bahwa semua pengetahuan didapat dengan pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh akal, dan dijadikan sebagai sumber pengetahuan karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman, dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat aposteriori yang berarti setelah pengalaman (post to experience).
Filsuf empirisme David Hume (1711-1776), melakukan pembedaan antara kesan dan ide. Kesan merupakan penginderaan langsung atas realitas lahiriah, sementara ide adalah ingatan atas kesan-kesan. Menurutnya, kesan selalu muncul lebih dahulu, sementara ide sebagai pengalaman langsung tidak dapat diragukan. Dengan kata lain, karena ide merupakan ingatan atas kesan-kesan, maka isi pikiran manusia tergantung kepada aktivitas inderanya. Hume seperti layaknya filsuf Empirisme lainnya menganut prinsip epistemologis yang berbunyi, “nihil est intelectu quod non antea fuerit in sensu” yang berarti, “tidak ada satu pun ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data inderawi”.
Tokoh-tokoh empirisme lainnya antara lain Francis Bacon (1561-1626), dan Thomas Hobbes (1588-1679). Francis Bacon telah meletakkan dasar-dasar empirisme dan menyarankan agar penemuan-penemuan dilakukan dengan metode induksi. Menurutnya ilmu akan berkembang melalui pengamatan dalam ekperimen serta menyusun fakta-fakta sebagai hasil eksperimen. Pandangan Thomas Hobbes sangat mekanistik, karena merupakan bagian dari dunia, apa yang terjadi pada manusia atau yang dialaminya dapat diterangkan secara mekanik. Ini yang menyebabkan Thomas Hobbes dipandang sebagai penganjur materialisme. Sesuai dengan kodratnya manusia berkeinginan mempertahankan kebebasan dan menguasai orang lain. Hal ini menyebabkan adanya ungkapan homo homini lupus yang berarti bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain.
RASIONALISME KRITIS
Filsafat Kant (1724-1804) dirumuskan dalam perdebatan dua pandangan besar pada waktu itu, yakni rasionalisme dan empirisme, khususnya rasionalisme G.W. Leibniz (1646-1716), dan empirisme David Hume (1711-1776). Kant dipengaruhi oleh mereka, tetapi mengkritik kedua pemikiran filsuf ini untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka, serta kemudian merumuskan pandangannya sendiri sebagai sintesis kritis dari keduanya, yakni filsafat transendental (transcendental philosophy). Dalam arti yang lebih luas, ia mau ‘melampaui’ posisi epistemologis dua paradigma yang saling beroposisi tersebut. Ini adalah intensi utama dari filsafat Kant, yakni sebuah tanggapan terhadap problem epistemologis yang terkait dengan proyek pencerahan yang mendominasi panggung filsafat abad ke delapan belas.
Filsafat transendental Kant bukan bertujuan untuk mengetahui objek pengalaman, melainkan bagaimana subjek (manusia) bisa mengalami dan mengetahui sesuatu. Filsafat transendental itu tidak memusatkan diri dengan urusan mengetahui dan mengumpulkan realitas kongkrit seperti misalnya pengetahuan tentang anatomi tubuh binatang, geografis, dll, melainkan bertujuan untuk mengetahui hukum-hukum yang mengatur pengalaman dan pemikiran manusia tentang anatomi tubuh binatang, dll. Hukum-hukum itu oleh Kant disebut hukum apriori (hukum yang dikonstruksi akal budi manusia) dan bukan aposteriori (hukum yang berdasarkan pengetahuan inderawi).
Tujuan utama dari filsafat Kant adalah untuk menunjukkan bahwa manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman inderawi. Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif. Sementara pengetahuan moral diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati nurani manusia. Kant menentang empirisme dan rasionalisme karena bagi Kant kedua pandangan tersebut haruslah dikombinasikan dalam satu bentuk sintesis filosofis yang sistematis.
Labels:
Filsafat
Jumat, 19 Maret 2010
Aku menulis karena aku ingin menulis
Aku tak punya bakat sedikit pun dalam menulis. Berbeda dengan orang lain, yang di dalam pikirannya sudah terpapar ide-ide brilian untuk mengarang suatu cerpen, novel, esai, puisi, bahkan karya ilmiah, aku tak bisa berkarya sehebat mereka, tapi walau begitu, menulis adalah salah satu cara untuk menyalurkan segala kegundahanku, kemarahanku dan kesedihanku, yang bertumpuk-tumpuk dalam hati ini, karena aku tak bisa menyalurkannya pada orang lain. Kebanyakan aku menulis karena tuntutan emosi, bukan keinginan, tapi berkat itu tulisanku menjadi murni dan lebih berwarna.
Pernah dalam tugas B.Indonesia kami diperintahkan untuk membuat cerpen, yang terpilih akan ditampilkan di mading sekolah. Lalu aku menulis cerpen tentang aku dan teman-temanku saat di study tour, hasilnya cerpenku terpilih untuk mengisi mading, bahkan karena cerpen yang kutulis berada di dalam karton besar yang kuhias-hias, ia sampai memenuhi papan mading sehingga dalam mading tersebut hanya ada cerpenku.
Aku menulis karena itu membuatku sangat lega, membuat pikiranku termotivasi, hatiku tak bersedih lagi, dan jiwaku bersemangat kembali. Yang sering kutulis, tentunya adalah pengalaman masa laluku. Karena ketika aku menulis pengalamanku, aku seperti mengenang teman-temanku, guru-guruku, orang tuaku, dan semuanya yang aku sayangi. Mereka seperti hadir kembali dalam pikiranku, mensupportku, sehingga aku dapat menguatkan diriku dalam masa-masa yang pahit.
Aku menulis, karena aku sangat mencintai mereka, mencintai semua orang yang telah dan akan berpisah dengaku. Aku menulis, sebagai cetak hitam perasaanku, agar mereka tahu, bahwa aku masih mencintai mereka.
Pernah dalam tugas B.Indonesia kami diperintahkan untuk membuat cerpen, yang terpilih akan ditampilkan di mading sekolah. Lalu aku menulis cerpen tentang aku dan teman-temanku saat di study tour, hasilnya cerpenku terpilih untuk mengisi mading, bahkan karena cerpen yang kutulis berada di dalam karton besar yang kuhias-hias, ia sampai memenuhi papan mading sehingga dalam mading tersebut hanya ada cerpenku.
Aku menulis karena itu membuatku sangat lega, membuat pikiranku termotivasi, hatiku tak bersedih lagi, dan jiwaku bersemangat kembali. Yang sering kutulis, tentunya adalah pengalaman masa laluku. Karena ketika aku menulis pengalamanku, aku seperti mengenang teman-temanku, guru-guruku, orang tuaku, dan semuanya yang aku sayangi. Mereka seperti hadir kembali dalam pikiranku, mensupportku, sehingga aku dapat menguatkan diriku dalam masa-masa yang pahit.
Aku menulis, karena aku sangat mencintai mereka, mencintai semua orang yang telah dan akan berpisah dengaku. Aku menulis, sebagai cetak hitam perasaanku, agar mereka tahu, bahwa aku masih mencintai mereka.
Kamis, 18 Maret 2010
Mereka
Di sini aku sendiri, sepi, tiada yang menemani.
Ketika mereka sudah pergi
Ketika detik demi detik telah berganti
Ketika tak ada teman untuk berbagi
Raga serasa ingin mati
Jiwa sudah tak tahan lagi
Kesepian mengusik hati, dan akhirnya tak ada yang berubah, tetap saja begini
Aku berharap mereka kembali
Menemaniku disini
Tertawa bersamaku lagi
Bersedih bersamaku lagi
Berjuang bersamaku lagi
Mengejar impian yang dinanti
Bersama-sama...lagi
Tapi tetap saja, mereka sudah pergi
Dan masa lalu, tak akan kembali.
Ketika mereka sudah pergi
Ketika detik demi detik telah berganti
Ketika tak ada teman untuk berbagi
Raga serasa ingin mati
Jiwa sudah tak tahan lagi
Kesepian mengusik hati, dan akhirnya tak ada yang berubah, tetap saja begini
Aku berharap mereka kembali
Menemaniku disini
Tertawa bersamaku lagi
Bersedih bersamaku lagi
Berjuang bersamaku lagi
Mengejar impian yang dinanti
Bersama-sama...lagi
Tapi tetap saja, mereka sudah pergi
Dan masa lalu, tak akan kembali.
Sabtu, 13 Maret 2010
Kangen
Malam yang sepi, ketika tak ada hal menarik untuk dilakukan, atau ketika tak ada bayang-bayang masa depan yang menyenagkan akan datang, aku selalu ingat akan masa laluku. Masa laluku bisa dibilang tak ada yang pantas dibanggakan, tapi aku belajar banyak hal disana, pelajaran mengenai kehidupan, sekarang dan setelah, karena tak ada yang lebih penting dari itu. Bagian yang menyenangkan dari masa laluku juga hanya 2,5 tahun sebelum aku kuliah, sebelum dari itu bisa dibilang malah mengesalkan, tetapi aku sekarang tahu, bahwa sebab dari masa-masa mengesalkan itu adalah "aku" sendiri, lagipula masa-masa itu juga adalah pelajaran yang amat berharga bagiku.
Ketika pertama kali masuk paskibra misalnya, sungguh luar biasa instruktur paskibra (kakak kelas 2) itu mengajariku, terutama Kang Aldi, baru pertama kali dalam seumur hidupku aku disupport habis-habisan hanya untuk bisa jalan di tempat dengan baik (karena memang dulu (sekarang juga sih tapi tak separah dulu) badanku lemah dan loyo habis-habisan). Dan juga saat pelantikan, yang pada hari sebelumnya temanku Nanda datang ke rumah memberi tahuku mengenai barang-barang yang akan dibawa untuk pelantikan besok karena minggu itu aku tidak ikut latihan. Esoknya, pada saat pelantikan aku datang dengan santai, sedangkan teman-temanku terlihat sangat cemas, rupanya aku belum tahu apa yang dimaksud dengan "pelantikan" itu sendiri. Teman-temanku memberitahuku hal-hal mengerikan mengenai pelantikan paskibra, sampai mau pulang rasanya hingga temanku Agnes berkata bahwa pelantikan paskibra itu hanya satu kali saja, padahal yang sebenarnya ada tiga kali. Ternyata memang benar bahwa pelantikan paskibra itu adalah hal yang amat menyeramkan, walaupun memang menambah ikatan kekeluargaan kami teman seangkatan paskibra, sampai-sampai saya harus pura-pura menangis pada saat pertama kalinya kumpul barisan di pelantikan pertama saya (maaf ya teh nur, hehehe). Emak (Ria) dan Ayah (Teddy), palu dan bulu kami (ceritanya mereka orang tua kami dalam paskibra), benar-benar habis-habisan mendapat hukuman karena tanggung jawabnya kepada kami, teman seangkatannya. Saya benar-benar tak tega dan kagum sekaligus, terutama pada Teddy, karena biar bagaimanapun dia dimarahi air mukanya tetap tegas dan tidak menunjukkan kelemahan sedikitpun, sampai pernah suatu ketika pada saat latihan aku lupa membawa topi, dan aku mencari-carinya di berbagai tempat karena biasanya anak-anak suka meninggalkan topinya di kolong meja (terutama aku, hahaha) hingga aku menemukan topi berlabel sekolah lain, karena takut akan dimarahi, sebelum memakainya aku menanyakannya pada Teddy mengenai topi itu, boleh dipakai atau tidak, Teddy meyakinkanku bahwa itu boleh dipakai sampai-sampai akhirnya dia menukar topinya sendiri karena aku terlalu ragu dan takut. Saat sudah jam 1 dan kami mulai duduk siap grak, sungguh jackpot sekali, alumni tergalak sedunia, dengan sangat kebetulan dan tumbennya, "Teh Reka" (orang yang masuk rekor paling banyak menamparku), datang. Dan dia melihat topi itu beserta label sekolahnya di meja Teddy, didampratlah temanku yang satu ini habis-habisan, sungguh tak enak hati rasanya, dan tentu saja setelah itu aku minta maaf, tapi seperti biasanya, hal itu bagaikan angin lalu baginya, hebat sekali. Ria juga begitu (emak paskibra angkatan kami), sangat tegar, walaupun amat sangat dramastis ketika setiap melihatnya menangis, karena memang sudah sepantasnya ia menangis, aku tak heran kalau ada siswi yang ingin melepas jabatan itu karena memang jabatan itu tak menyenangkan sekali. Walaupun pelantikan-pelantikannya amat sangat berkesan, tapi kenangan yang paling berkesan adalah ketika aku mengikuti lomba paskibra di Tengaw bersama mereka. Memang cuma satu kali itu saja aku ikut lomba karena siapapun akan sangsi kalau bisa menang bila mengikutsertakan aku, bahkan temanku "Rahmad", si anak baru yang tak jelas dia angkatan 12 atau 13, pernah ikut lomba dua kali di sekolahku, walaupun memang yang kedua itu aku yang paksa karena tak ada anggota lagi yang siap atau pantas. Pernah suatu kali itu setelah seminggu (atau dua minggu? lupa) lamanya aku mengorbankan waktu liburanku untuk latihan, dihancurkan oleh sebuah pengumuman dari senior mengenai siapa saja yang akan ikut lomba di Balkot, bisa dilihat, aku tak masuk, dan entah kenapa aku menangis pada saat itu, tak jelas, aku sendiri tak mengerti kenapa aku menangis, bukan sesuatu yang kurencanakan dan kupahami, reflek saja. Sungguh sangat memalukan karena aku menangis di depan juniorku, sudah kututup-tutupi dan kuusahakan berhenti tapi tak kunjung reda dan kelihatan juga. Ria sampai kesal kepadaku dan menyuruhku berhenti karena memang kelas 1 dan 2 sedang berkumpul bersama saat itu dan itu sangat memalukan, langsung kubilang saja aku tak menghentikannya karena tak tahu kenapa, saat aku minta izin pulang mereka malah tak membolehkan karena tak enak kepadaku, lantas aku harus bagaimana? membiarkan diriku dalam keadaan memalukan begitu? Langsung saja aku pergi menyendiri ke pos satpam sampai tangisanku berhenti, entahlah kawan, secara sadar 100% sebenarnya aku tak menangis, mungkin ini terjadi karena aku sangat kecewa. Aku ingin pulang saat aku sedang menyendiri, tapi tasku ditahan mereka, langsung saja ketika mereka latihan dan tak melihatku aku langsung mengambil tas dan pulang. Dua minggu kemudian, Rahmad datang ke rumahku, atas alasan yang tidak jelas, mungkin dia datang karena tidak enak padaku, dia menceritakan mengenai kekalahan prawira 2 di balkot yang ceritanya agak mengerikan, aku bingung, setelah beberapa saat aku baru ingat bahwa ada lomba di balkot, memang setelah sampai di rumah saat itu aku benar-benar tidak mau memikirkan mengenai lomba lagi, dan akhirnya aku benar-benar lupa, untunglah bagiku. Nah mungkin kejadian-kejadian itu yang membuat aku sangat amat bahagia ketika mengikuti lomba, ketegangannya, tanggung jawabnya, rasa malu kami pada sekolah karena selama kami ikut lomba belum pernah menghasilkan tingkatan juara apapun, setelah kami selesai tampil aku menangis deras sekali, lagi-lagi atas sesuatu yang tidak terlalu kupahami dan apalagi kurencanakan, selesai pengumuman pemenang pun lagi-lagi aku menangis lebih deras lagi, walaupun hanya juara harapan 1 tapi kami sangat bahagia karena akhirnya our last plan in this organization selesai juga, kami saling berpelukan, berterima kasih, sambil menangis deras tentunya. Dan itu kawan, indah sekali rasanya.
(To be continue, hehehe)
Jumat, 12 Maret 2010
Dear My Friend
Good times and bad times,
I can count on being with you.
I thank you for staying
So true.
My life will go on a long time.
Have to catch up when I see you.
And you are my reason I can
Make it through.
I will give my word that
I will come in time to rescue,
My heart will always be
with you
I'm so glad I met you,
Being with me wherever.
Made for each other,
Forever.
I know life can be tough on you,
Time and time again
Laughter may be gone away.
I will wipe away my tears
Tomorrow.
But life must go on,
Not so easy that you travel
Away.
I will be there
If you need me.
And I know you'll do the same.
I can see you,
I can hear you
In my heart.
You will be here,
If I need you
I will never have to guess.
'Cause we are
Very special friends
So send me a letter,
Let me know how you're doin'.
You are my lifetime and
True friend.
We'll never be forgotten.
Having trust is all we
Really need.
You are always with me
In the life I lead.
So far, far away,
From life I used to know
Worries are to follow too.
I will stop and close my eyes,
Remember.
And at the rainbow I can take you.
I will catch it for you.
Memories you can recall with me,
Any time of day.
You can reach out, you can ask me,
In your soul.
I will answer when you call me.
I will come, no matter how.
'Cause we are
Very special friends.
Just like a river that flows.
Just like stars and the dark night.
Meet me in the storm.
Meet me in the dark.
You are the light of
My life.
I can count on being with you.
I thank you for staying
So true.
My life will go on a long time.
Have to catch up when I see you.
And you are my reason I can
Make it through.
I will give my word that
I will come in time to rescue,
My heart will always be
with you
I'm so glad I met you,
Being with me wherever.
Made for each other,
Forever.
I know life can be tough on you,
Time and time again
Laughter may be gone away.
I will wipe away my tears
Tomorrow.
But life must go on,
Not so easy that you travel
Away.
I will be there
If you need me.
And I know you'll do the same.
I can see you,
I can hear you
In my heart.
You will be here,
If I need you
I will never have to guess.
'Cause we are
Very special friends
So send me a letter,
Let me know how you're doin'.
You are my lifetime and
True friend.
We'll never be forgotten.
Having trust is all we
Really need.
You are always with me
In the life I lead.
So far, far away,
From life I used to know
Worries are to follow too.
I will stop and close my eyes,
Remember.
And at the rainbow I can take you.
I will catch it for you.
Memories you can recall with me,
Any time of day.
You can reach out, you can ask me,
In your soul.
I will answer when you call me.
I will come, no matter how.
'Cause we are
Very special friends.
Just like a river that flows.
Just like stars and the dark night.
Meet me in the storm.
Meet me in the dark.
You are the light of
My life.
Rabu, 10 Maret 2010
Tidak Mungkin Tapi Bisa
Tidak Mungkin Tapi Bisa
Akhirnya ketemu juga rekaman MTGW yang dihadiri saya dengan bude dan sepupu saya. Saya sendiri yang di TVnya belum nonton sih, hahaha....
Akhirnya ketemu juga rekaman MTGW yang dihadiri saya dengan bude dan sepupu saya. Saya sendiri yang di TVnya belum nonton sih, hahaha....
Senin, 08 Maret 2010
Indahnya Dakwah
Menyebarkan kebenaran memang sesuatu yang menyenangkan apabila kebenaran itu langsung/mudah diterima oleh publik. Tapi faktanya banyak kebenaran yang tidak populer yang sulit untuk diterima oleh publik, dan tentu saja menyampaikannya menjadi suatu siksaan dan cobaan yang berat bagi penyampainya. Setiap orang yang tahu mengenai kebenaran (atau paling tidak menganggap dirinya benar) pasti akan tergoda untuk menyampaikannya, karena memang manusia adalah makhluk sosial. Tapi bagi pendengar yang merasa dirinya lebih benar juga akan menyampaikan kontradiksinya (dalam hati paling tidak), dan untuk yang anarkis bisa kita bayangkan sendiri tindakan apa yang akan dilakukannya, mengingat apa yang terjadi pada Nabi-nabi terdahulu ketika mereka menyampaikan wahyu dari-Nya.
Sedikit menyampaikan saja mengenai teknik dakwah yang baik dalam Islam. Pertama, kita harus tahu kita berhadapan dengan siapa. Contohnya saja ketika kita berusaha membawakan tausiyah di suatu masjid dan berusaha meyakinkan argumentasi kita, apabila argumen yang kita bawakan tersebut bersifat sensitif (misalnya mengenai obama (menolak kedatangannya sama saja tidak menghargai tamu secara besar-besaran lho), atau mengenai musik, dll), harus menampilkan sumber-sumber pendukung yang pasti, seperti mencari ayat al-Qur'an atau Hadits sahih yang cocok, dll. Atau saran saya jangan menampilkan sesuatu yang sensitif apabila kita hanya menduga-duga saja mengenai kebenarannya (Sesungguhnya persangkaan itu tidak bermanfaat sedikit pun bagi kebenaran (QS. al-Baqarah [2]: 31)). Kedua, kita harus tahu mengenai apa yang kita bicarakan. Orang yang tahu mengenai apa yang dibicarakannya akan memilih bahasa yang mudah untuk dijelaskan kepada orang lain, sehingga argumen-argumen kita mudah dimengerti dan meyakinkan. Ketiga, penampilan anda harus meyakinkan. Yang pertama kali dilihat orang ketika berhadapan dengan anda adalah penampilan anda, tentu saja yang saya maksud disini bukan hanya penampilan jasmani seperti baju, dll, tetapi juga cara anda menyampaikannya. Sebuah kebohongan pun kalau disampaikan dengan baik akan menjadi sesuatu yang dipercaya oleh masyarakat, apalagi kebenaran, pasti akan lebih mudah (dan berpahala tentunya).
Sedikit curhat saja, saat ini saya juga sedang berusaha untuk mengumpulkan bahan-bahan dakwah. Mencari materi untuk orang-orang anarkis yang mengganggu itulah paling tidak, hehehe. Karena itu, satu-satunya cara agar untuk menambah kemampuan kita adalah berlatih, berlatih, dan berlatih, karena usaha=hasil itu pasti. Disinilah indahnya dakwah, karena berusaha untuk kebaikan sama dengan berusaha untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semangat kawan, doakan saya untuk menjadi lebih baik dalam berusaha :).
Labels:
Dakwah
Minggu, 07 Maret 2010
Kumpulan Motivasi
Status-statusku di Facebook
- Kumpulan sesuatu yang berwarna menjadi sangat baik karena bisa menyeimbangkan semuanya sehingga tak ada yang berlebihan. (Sc2)
- Jangan sekali-kali berkata "Kitalah yang akan mendapat semua pahalanya" atau "Kamu/Kita pasti masuk surga/neraka", karena tidak dari satu kata pun yang bisa kita pertanggungjawabkan dan kita tak punya hak sedikit pun untuk memutuskannya.
- Kebenaran hakiki bukanlah sesuatu yang dapat diterima oleh manusia berakal terbatas. "Kalau sekiranya samudra menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku maka sungguh habislah (air) samudra itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula" (QS. al-Kahf [18]: 109)
- Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya (QS. Ali 'Imran [3]:182)
- Planing Allah adalah Planing terindah yang takkan bisa diterka manusia.
- Allah tidak menciptakanmu untuk menunggu kematian, Allah menciptakanmu agar kau dapat berjuang meraih kebahagiaan dan berbahagia dalam perjuangan itu sendiri.
- Orang bijak membandingkan prestasinya dengan tujuannya, sedangkan orang bodoh membandingkan prestasinya dengan prestasi orang lain.
- Ketersembunyian-Nya disebabkan oleh kejelasan-Nya yang luar biasa, dan kejelasan-Nya yang luar biasa disebabkan oleh ketersembunyian-Nya. Cahaya-Nya adalah tirai cahaya-Nya, karena semua yang melampaui batas akan berakibat sesuatu yang bertentangan dengannya. (Filsuf muslim: Imam al-Ghazali).
- Setiap kebohongan akan menjadi akar untuk kebohongan yang lain.
- Rasa kesal atau rasa benci itu timbul karena kita berhadapan dengan orang yang tidak baik atau kitalah yang menjadi tidak baik, karena itu apabila kalian merasa kesal atau benci salahkan salah satu dari dua hal diatas atau salahkan kedua-duanya.
- Hidup ini akan terasa sangat indah apabila kita bukan merasa aman karena terlindungi oleh harta, asuransi, pangkat, tetapi merasa terlindungi karena Allah selalu ada di dekat kita.
- Untuk apa saya menatap masa lalu dan memikirkan masa depan lama-lama, lebih baik saya berusaha dan bersyukur untuk hari ini, bisa nafas aja masih syukur.
- Mereka berkata "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan yang dekat (ini), kita tidak ada dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", padahal mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. al-Jatsiyah [45]: 24)
- Tak merencanakan keberhasilan = Merencanakan kegagalan, karena kegagalan tak perlu direncanakan.
- Semua orang yang sedang tidak dekat dengan Tuhannya akan merasa tidak damai.
- Filsafat hanya mampu memberi jawaban terhadap kegelisahan di akal, namun tidak dapat menghentikan kegelisahan di hati.
- al-Qur'an berpesan agar kita tidak berlebihan dalam beragama (QS. an-Nisa' [4]: 171 dan QS. al-Ma'idah [5]: 77). Nabi saw. juga bersabda, "Agama ini (Islam) adalah mudah. Barang siapa bersikap ekstrem dalam beragama, maka ia pasti dikalahkan olehnya" (HR. Bukhari dan an-Nasa'i dari Abu Hurairah).
- Orang yang memendam rasa cinta dan tidak pernah menyombongkan rasa cintanya adalah orang yang paling mengerti arti dari cinta, karena ia terus belajar dari cinta yang menunggu di dalam hatinya dan mengikhlaskannya untuk datang dan pergi karena ia tahu cinta itu hanya milik Dzat yang paling mulia.
- Marah itu melegakan hati sendiri, tetapi merusak hati orang lain.
- Gagal yang terindah, adalah gagal (berusaha) melayani Tuhan, karena itu tidak mungkin terjadi.
- Semua penderitaan adalah pemberitahuan untuk memperbaiki diri, atau memperkuat diri, atau mengutuhkan penyerahan diri kepada Tuhan.
- Orang pintar menjelaskan sesuatu yang rumit untuk dijelaskan menjadi mudah untuk dimengerti orang lain, sedangkan orang yang kurang pintar menjelaskan sesuatu (bahkan yang mudah sekalipun) dengan bahasa yang sulit untuk dimengerti oleh orang lain agar KELIHATAN pintar.
- Kehidupan kita itu penting, karena itu jangan banyak lakukan hal-hal yang tidak penting.
- Cara terbaik untuk melawan musuh adalah menjadikannya teman.
- Yang Allah inginkan dari kita adalah "berusaha untuk sempurna" bukan "menjadi sempurna".
- Sakit itu ada agar kita dapat menghargai kesehatan, karena itulah hargai kesehatan bila tidak mau sakit.
- Cara terbaik untuk memulai sesuatu adalah MULAI.
- Ribuan orang jatuh miskin setiap tahun karena upayanya untuk menghindari kelihatan miskin.
- Disaat kamu merasa hanya sendirian dan kesepian, disaat itu pula kamu tidak mengakui bahwa Allah selalu menemanimu.
- Fokuslah kepada penggapaian tujuan, bukan permasalahan yang ada pada tujuan tersebut.
- Apakah kita harus menunggu perkataan "aku menyesal" agar kita mengikuti nasihat baik dari orang yang lebih tau sebelumnya?
- Kemuliaan hidup manusia dilihat dari usahanya, bukan dari hasilnya.
- Cobalah untuk bertanya mengapa kita tidak mencoba sesuatu yang lain dari yang sekarang kita lakukan.
- Kita harus sibuk melakukan pekerjaan yang membangun hidup kita, bukan pekerjaan yang menghabiskan hidup kita.
- Usaha-usaha berat dan pahit yang kita rasakan sekarang akan menjadi kenangan manis di masa depan nanti.
- Kasih sayang Allah Swt mengalir terus sepanjang waktu, hanya secara kurang ajar kita tak menyadarinya karena sudah terlalu terbiasa.
- Kebanyakan orang yang merasa dirinya baik bukanlah orang yang baik.
- Janganlah bernegosiasi dengan impian kita, tapi bernegosiasilah dengan cara mendapatkannya.
- Kehidupan hanya bisa dihargai kalau kita menghargai kematian.
- Tuhanmu lebih mengetahui yang ada dalam hatimu. Jika seandainya kamu orang baik-baik (Allah akan memaaafkan sikap dan kelakuan yang telah kamu lakukan dengan terpaksa, tidak sadar, atau yang berada di luar kontrol kemampuanmu), karena Allah Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat (QS Al-Isra' [17]: 25).
- Anda mungkin ditipu jika terlalu mempercayai, tetapi hidup anda akan tersiksa jika tidak cukup mempercayai. Frank Crane
- Lebih banyak manusia yang melakukan kebaikan karena takut pada hukum dan norma-norma dalam masyarakat daripada takut pada Tuhannya.
Labels:
Motivasi
Sabtu, 06 Maret 2010
Cinta
Hal yang paling tidak kumengerti, "Cinta", dan kupikir harus ada rancangan ulang mengenai bahasanya. Banyak orang bilang kalau cinta itu harus seperti suka kepada lawan jenis, maksudnya seperti suami istri begitu. Padahal, bagaimana dengan hubungan kita ke Ibu kita? atau hubungan kita ke Tuhan kita? Apakah itu juga bisa disebut dengan "Cinta".
Berbeda dengan perasaan cinta kita ke Ibu dibandingkan cinta kita ke lawan jenis yang kita sukai, yang kedua datang secara cepat bahkan mungkin tiba-tiba. Apakah yang "kedua" itu ada hubungannya dengan hawa nafsu?, tentu saja, anda harus tahu untuk kebanyakan (banyak sekali) orang bahwa nafsu jasmani itu mempengaruhi sebagian besar jiwa dan pikirannya secara tidak sadar. Mungkin ada penelitian yang berkata bahwa 90% pikiran kita berada di bawah alam sadar sedangkan 10%nya lagi tidak. Menurut saya tidak begitu, ini hanya masalah "kebiasaan" saja. Orang yang biasa melawan hawa nafsunya akan menggerakan tubuh mereka sesuai dengan akal rasionalnya. Berbeda dengan orang yang berpikir atau menggunakan akal dan hatinya untuk mengikuti kemauan nafsunya, tentu saja totalitas tubuhnya terkontrol oleh hawa nafsu sehingga pikiran yang berada di bawah alam sadar itu semakin besar juga.
Balik lagi ke cinta tadi, so... harusnya, orang yang cinta pada pandangan pertama padahal kenal orangnya secara keseluruhan saja tidak berarti ia berada di dalam kontrol hawa nafsu. Sedangkan orang yang banyak pertimbangan dalam memilih pasangannya atau suka karena kepribadian mereka adalah orang yang sebagian besar akalnya berada di dalam alam sadar. Tentu anda bisa mengira-ngira sendiri mana diantara kedua orang ini yang kehidupannya akan lebih terjamin kebahagiaannya (yang "setelah kehidupan" juga iya tentunya). Jadi tidak salah kan bahwa kebahagiaan itu melekat erat pada etika dan estetika?...
Dan pertanyaan utamanya adalah "Apakah kita masih mau mencintai seseorang secara gelap mata sementara kita masih punya banyak orang yang jauh lebih pantas untuk kita cintai?"
Sabtu, 27 Februari 2010
Buku: M. Quraish Shihab menjawab 1001 soal keislaman yang patut anda ketahui
Banyak muslim dari berbagai kalangan memberi nilai 'excellent' pada buku ini, bahkan sampai menjadi best seller. Di dalam buku ini, M. Quraish Shihab membahas permasalahan islami pada kehidupan sehari-hari yang membingungkan. Contohnya saja pertanyaan dan jawaban singkat seperti:
Tanya :
Bolehkah menyikat gigi setelah imsak karena khawatir ada yang tertelan ?
Jawab :
Bersiwak/menyikat gigi dianjurkan oleh Rasul saw. Dan dilakukan beliau berkali-kali sepanjang hari ketika beliau berpuasa. Menggunakan pasta gigi pun boleh selama tidak tertelan dengan sengaja.
Selain itu, beliau juga memasukkan sumber al-Qur'an dan hadits dengan penafsiran yang sungguh luar biasa sekali. Buku ini patut dimiliki oleh seluruh kalangan orang Islam agar dapat berhati-hati menyampaikan fatwa yang sering kali menjadi bid'ah, sekaligus mengetahui anjuran dan larangan dalam agama Islam. Bahasa yang dikenakan dalam buku ini pun mudah di mengerti dan terpercaya. Buku ini menjelaskan berbagai permasalahan ibadah, penafsiran al-Qur'an dan hadits, muamalah, dan wawasan agama. Dengan sistem tanya dan jawab, para pembaca dapat langsung mencari penyelesaian masalah yang ingin diketahuinya. Sungguh praktis dan bermanfaat bukan?
Teman --> Musuh ?
Dosen saya pernah berkata, "Kamu mungkin masih enak2an aja berteman sama teman2 sekampus, tapi lihat deh nanti, setelah kerja teman kalian itu malah menjadi musuh". Pertamanya saya ga setuju dengan pernyataan dosen saya ini, tapi lama2 kok ada benarnya juga ya?. Malah anak yang awalnya ga dekat atau bisa di bilang kurang akrab (netral di minusin) malah jadi teman yang baik bagi saya, sedangkan teman yang akrab malah cenderung saya benci.
Mengapa hal ini terjadi?, mungkin karena pada saat masih teman sekampus atau sekelas kita selalu memelihara keakraban dan menambah positifnya pertemanan. Tapi setelah berpisah, orang yang dulu jadi teman kita memiliki teman2 baru yang lain, sulit untuk memperhatikan kita karena keadaan, dan cenderung bersikap lebih sinis pada kita daripada sebelumnya. Istilahnya ya, dari 0 (ga kenal) ke 100 (sahabat), dan karena situasi dan kondisi, jadi mundur ke 50, nah... biasanya orang2 sekitar itu melihat perubahannya dari 100 ke 50, alias minus 50, karena yang dilihat minusnya terus, akhirnya terus lanjut ke minus sampai kurang dari 0, alias musuh.
Berbeda dengan anak2 jaman dahulu, karena terbatasnya sarana komunikasi, ketika mereka pisah, mereka benar2 ga ada hubungan komunikasi lagi dan itu karena situasi dan kondisi yang menutup, hal ini mengurangi nilai persahabatan mereka tanpa didasari kebencian. Dan akhirnya ketika mereka bertemu, yang terjadi adalah kangen2an, mengenang masa lalu, dsb., bahkan mereka juga akan seperti itu bila bertemu dengan teman yang mereka tidak sukai semasa kanak2 atau remaja. Lah generasi kita, semuanya bisa jadi musuh dan semuanya bisa terasa mengesalkan.
Mengapa hal ini terjadi?, mungkin karena pada saat masih teman sekampus atau sekelas kita selalu memelihara keakraban dan menambah positifnya pertemanan. Tapi setelah berpisah, orang yang dulu jadi teman kita memiliki teman2 baru yang lain, sulit untuk memperhatikan kita karena keadaan, dan cenderung bersikap lebih sinis pada kita daripada sebelumnya. Istilahnya ya, dari 0 (ga kenal) ke 100 (sahabat), dan karena situasi dan kondisi, jadi mundur ke 50, nah... biasanya orang2 sekitar itu melihat perubahannya dari 100 ke 50, alias minus 50, karena yang dilihat minusnya terus, akhirnya terus lanjut ke minus sampai kurang dari 0, alias musuh.
Berbeda dengan anak2 jaman dahulu, karena terbatasnya sarana komunikasi, ketika mereka pisah, mereka benar2 ga ada hubungan komunikasi lagi dan itu karena situasi dan kondisi yang menutup, hal ini mengurangi nilai persahabatan mereka tanpa didasari kebencian. Dan akhirnya ketika mereka bertemu, yang terjadi adalah kangen2an, mengenang masa lalu, dsb., bahkan mereka juga akan seperti itu bila bertemu dengan teman yang mereka tidak sukai semasa kanak2 atau remaja. Lah generasi kita, semuanya bisa jadi musuh dan semuanya bisa terasa mengesalkan.
Labels:
Filsafat
Rabu, 24 Februari 2010
Kebahagiaan
Bagiku, kebahagiaan bukanlah bisa makan makanan enak sampai puas. Bagiku kebahagiaan bukanlah menjadi pahlawan penyelamat yang dikagumi oleh semua orang. Bagiku kebahagiaan bukanlah cinta pada lawan jenis, bagiku kebahagiaan bukanlah memiliki tubuh yang menawan, bukan, bukan itu.
Bagiku kebahagiaan simpel saja, hidup di rumah sederhana, memiliki tetangga yang sekaligus menjadi teman yang baik, berada di dalam alam indah yang memiliki 4 musim serta flora dan faunanya yang beragam, sedikit makan-makanan yang baik dan sehat dengan memakannya secara beretika dan berestetika, dan memiliki tujuan kecil yang selalu beragam agar kita dapat memiliki alasan untuk berusaha.
Terkadang orang beranggapan dengan memuaskan hawa nafsu secara maksimal dia akan mendapat kebahagiaan secara maksimal juga. Apa dia tidak sadar apabila dia memakan makanan terenak secara terus menerus dia akan bosan sampai akhirnya tak ada makanan yang menurutnya enak yang dapat dimakan?, atau dia ingin otaknya dimanipulasi agar makanan itu selalu menjadi enak untuknya sampai dia tak bisa berhenti makan?.
Hakikat kebahagiaan yang pernah paling menyentuh saya adalah ketika saya dan teman-teman memenangkan juara harapan satu di lomba paskibra. Kami senang bukan karena pialanya, kami senang karena perjuangan keras yang kami lakukan dengan sukahati dan bahagia, ikatan kami yang begitu erat, akhirnya terbalas dan selesai dengan bahagia juga. Pada waktu itu saya tak punya pikiran untuk menangis sedikitpun, tetapi ketika selesai lomba saya bersimbah air mata atas sesuatu yang tidak terlalu saya mengerti, saya mengira bahwa saya menangis karena merasa bersalah atas gerakan-gerakan LKBB tak sesuai yang secara tidak sengaja saya lakukan, ternyata saya menangis karena bahagia sekali.
Itulah kebahagiaan menurut saya, dimana kita bisa berjuang bersama-sama dengan bahagia untuk meraih tujuan bersama, karena pada intinya, kebahagiaan akan menjadi lebih besar kalau kita kumpulkan.
Ibuku yang luar biasa, Ayahku yang bijaksana
"Naufal makan!", "Naufal minum jamunya!", "Naufal, ini kaus kaki kamu ya?!!"
Itulah jenis-jenis teriakan yang biasa saya dengarkan dari ibu saya setiap hari. Sering saya berpikir bahwa teriakan-teriakan itu sangat mengesalkan dan mengganggu saya, hingga rasanya saya ingin ikut berbalik marah saja. Semakin dewasa, semakin terasa bahwa saya tidak ingin diatur-atur, padahal sikap saya masih jauh sekali dalam kedisiplinan, bertanggung jawab, dan kedewasaan. Belum lagi dengan adanya semua fasilitas lengkap yang ada di rumah saya, saya menjadi semakin manja, kondisi ini membuat saya malas untuk melakukan pekerjaan sehari-hari yang sederhana tapi penting, sehingga ketidak mampuan saya membeludak, mulai dari memasak, mencuci, mengepel, bahwa menyapu pun saya masih sering salah. Bukan berarti saya tidak tahu bahwa perbuatan saya itu salah, melainkan karena kondisi, entahlah, saya juga tidak mengerti mengapa tubuh saya begitu malas atau tidak berani mengambil jalan menuju kemandirian.
Walaupun begitu, sesekali beliau sangat tidak tega kepada saya sehingga menuruti apa yang saya inginkan. Saya tahu, lebih mudah bagi ibu saya untuk diam daripada marah-marah. Lebih mudah baginya menuruti apa yang saya inginkan dari menolaknya mentah-mentah.
Ayah saya juga, tipe orang keras kepala yang merasa semua pendapatnya adalah benar. Ayah saya tidak pernah menyerah sedikitpun dalam mendidik ibu saya maupun anak-anaknya. Ibu saya pun jadi seseorang yang amat mandiri karenanya. Ayah saya seringkali marah untuk mendidik kami agar "bisa" atau "mampu". Beliau yang menasihati ibu saya agar ibu tidak pernah menyerah dalam menasehati (memarahi) anak-anaknya, karena ayah saya tahu, bahwa apabila kami dibiarkan dalam kesalahan kami akan menyesal nantinya, dan beliau juga tahu bahwa ibu saya adalah orang yang tidak tegaan dan perasa, terutama pada saya mungkin.
Setiap kali saya sendirian di kampus, yang saya pikirkan adalah bagaimana keadaan ibu saya, apakah sekarang beliau ada di rumah dan lain-lain, mungkin ini kerugian besar anak pertama, cenderung lebih manja. Sebenarnya saya menyesal sekali telah merasa sebal setiap ibu saya mengomeli saya, tapi entah kenapa hal itu selalu terulang keesokan harinya. Harapan saya sesungguhnya untuk ibu saya adalah melihat beliau tenang di surga, terdengar kurang ajar memang, tapi saya selalu dibayangi pikiran menakutkan mengenai bagaimana cara-cara beliau untuk menghadapi kematian, bahkan ketika beliau sakit sedikit saja saya khawatir luar biasa yang amat menyiksa hati, tidak ketika ayah saya yang sakit, saya cenderung menjauhinya karena beliau mudah sekali naik darah, apalagi sakit yang sering dideritanya adalah sakit gigi. Pernah suatu kali ibu saya bercerita ia mimpi aneh tentang ruhnya yang ditarik sampai hampir meninggalkan raganya dan tidak terasa apapun selain kedamaian waktu itu, ibu saya marah karena saya terlihat senang mendengar cerita tersebut. Yang saya pikirkan waktu itu adalah betapa bahagianya ibu saya meninggal dalam keadaan seperti itu, berarti Ibu saya dicintai oleh Allah Swt, dan ibu saya pasti sudah sangat bahagia di surga, karena saya tahu bahwa kematian pasti akan datang, dan saya ingin yang terbaik untuk kedua orang tua saya, bahkan dalam doa saya, saya sudah berkata bahwa saya tidak akan sedih dan malah bahagia apabila kematian ibu dan ayah saya begitu damai sehingga menjadi petunjuk bahwa mereka adalah calon-calon penghuni surga.
Ibu saya adalah ibu yang luar biasa, setiap hari bekerja sekaligus mendidik anak-anaknya tanpa mengenal lelah, kasih sayang beliau amat terasa, walaupun beliau sedang marah sekalipun. Sedangkan ayah saya adalah ayah yang sangat bijaksana, walaupun kemarahan ayah saya sering dibenci oleh kami, tapi beliau tanpa menyerah selalu berusaha mengubah pribadi kami menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan beliau mengekang dirinya sendiri dalam keramaian yang sangat disukainya demi keluarganya. Saya tidak yakin saya dapat 100% membahagiakan mereka berdua karena saya tidak "membumi". Ketika kedua orang tua saya ingin melihat saya hidup lama dan sukses berkeluarga, saya malah ingin cepat mati karena tidak ingin melihat mereka meninggal duluan dan tidak ingin membentuk tanggung jawab baru selama berpuluh-puluh tahun lamanya karena memiliki istri dan anak, seperti yang dilakukan kedua orang tua saya. Saya harap kedua orang tua saya bisa saya bahagiakan dengan cara yang berbeda dari yang mereka harapkan, seperti mereka membahagiakan saya dengan cara berbeda dengan apa yang saya inginkan, karena saya tahu kebahagiaan berbeda itulah yang akan lebih manis nantinya.
Labels:
curhat
Senin, 22 Februari 2010
Menghilangkan sombong sampai 0%?
Salah satu persyaratan untuk masuk surga adalah tidak memiliki kesombongan sekecil-kecilnya. Padahal kita tahu bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna dalam bidang apapun (mungkin saya terlalu pesimis, tapi realita yang saya lihat ya memang begini). Dan saya tahu, tanda-tanda kesombongan yang masih tertempel dalam diri saya, sombong itu ingin dipuji, suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain (masalah gengsi (nilai, dll) anda tahu kan?), ingin terlihat hebat, dan semuanya masih ada di dalam diri saya (mudah-mudahan benar2 "masih").
Contohnya mengenai facebook, saya coba membanding-bandingkan facebook orang dewasa (dewasa yang sebenar-benarnya, bukan preman, penjahat, mereka itu badannya saja yang dewasa) dengan facebook milik anak remaja. Kebanyakan orang dewasa dalam facebook itu diam, bicara seperlunya saja, atau curhat-curhatan mengenang masa lalu lewat "message", yang pasti semua itu ga norak dan berniat untuk mencari perhatian. Dan coba lihat mulai dari anak kecil ke yang remaja, facebook sudah kayak buku diary, semuanya ditulis disitu (di "Wall"), makin di "like" in sama banyak orang makin bangga, bahkan supaya kelihatan banyak yg nge"like"in malah dengan konyolnya di "like"in sendiri, mulai dari masalah cinta (ini yang parah), orang tua, sekolah, PD banget semua ditulis disitu, yang penting gaya alias norak. Dan ini semua adalah bentuk kesombongan. Dari perbandingan tadi tentu kita bisa melihat bahwa orang dewasa (yang sesungguhnya) mereka lebih banyak ke praktek dari pada ke kata-kata. Mereka lebih keras hatinya, lebih tahu mana yang baik dan benar, lebih bisa mengerti hal itu berguna atau tidak. Sedangkan yang remaja? yang penting gaya, dipuji banyak orang, tampil keren, beken, emosi bisa terlampiaskan.
Saya tahu umur saya 19 th dan saya masih remaja. Tapi ga perlu nunggu sampai 40 tahunan kan untuk memiliki hati yang lebih dewasa, untuk tidak memiliki kesombongan sedikitpun. Saya bercermin, dan hal itu masih ada dalam diri saya. Saya pikir, hal termudah untuk mencapai ini ialah bergaul dengan banyak orang dewasa, ketika saya magang dulu, saya merasa betul ada sesuatu yang buruk sedikit-sedikit meninggalkan saya, yaitu kesombongan.
Contohnya mengenai facebook, saya coba membanding-bandingkan facebook orang dewasa (dewasa yang sebenar-benarnya, bukan preman, penjahat, mereka itu badannya saja yang dewasa) dengan facebook milik anak remaja. Kebanyakan orang dewasa dalam facebook itu diam, bicara seperlunya saja, atau curhat-curhatan mengenang masa lalu lewat "message", yang pasti semua itu ga norak dan berniat untuk mencari perhatian. Dan coba lihat mulai dari anak kecil ke yang remaja, facebook sudah kayak buku diary, semuanya ditulis disitu (di "Wall"), makin di "like" in sama banyak orang makin bangga, bahkan supaya kelihatan banyak yg nge"like"in malah dengan konyolnya di "like"in sendiri, mulai dari masalah cinta (ini yang parah), orang tua, sekolah, PD banget semua ditulis disitu, yang penting gaya alias norak. Dan ini semua adalah bentuk kesombongan. Dari perbandingan tadi tentu kita bisa melihat bahwa orang dewasa (yang sesungguhnya) mereka lebih banyak ke praktek dari pada ke kata-kata. Mereka lebih keras hatinya, lebih tahu mana yang baik dan benar, lebih bisa mengerti hal itu berguna atau tidak. Sedangkan yang remaja? yang penting gaya, dipuji banyak orang, tampil keren, beken, emosi bisa terlampiaskan.
Saya tahu umur saya 19 th dan saya masih remaja. Tapi ga perlu nunggu sampai 40 tahunan kan untuk memiliki hati yang lebih dewasa, untuk tidak memiliki kesombongan sedikitpun. Saya bercermin, dan hal itu masih ada dalam diri saya. Saya pikir, hal termudah untuk mencapai ini ialah bergaul dengan banyak orang dewasa, ketika saya magang dulu, saya merasa betul ada sesuatu yang buruk sedikit-sedikit meninggalkan saya, yaitu kesombongan.
Menafsirkan al-Qur'an
Ternyata menafsirkan apa yang dimaksudkan al-Qur'an sangatlah sulit. Bahkan seharusnya al-Qur'an terjemahan yang biasa disebut "al-Qur'an dan terjemahannya" sungguh tidak layak untuk diberi judul demikian, karena biar bagaimanapun, terjemahan al-Qur'an adalah karya manusia yang tidak sempurna, bahkan kalau tidak salah pernah ada ulama hampir dihukum mati karena perkara ini (atau sudah dihukum mati, saya lupa). Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menafsirkan al-Qur'an menurut M.Quraish Shihab (karena saya sudah sebutkan nama, jadi bukan plagiat ya...).
Kandungan al-Qur'an berkisar pada tiga hal pokok yang menjadi tujuan utama kehadirannya: Pertama, masalah akidah, Kedua, masalah syariat, Ketiga, masalah akhlak.
Al-Qur'an sangat kaya dengan makna. Al-Qur'an menurut Sayyidina' Ali ra., "Hammalat Lil-wujuh" (mengandung banyak arti), walaupun redaksinya sangat singkat. Al-Qur'an diibaratkan permata yang memancarkan aneka cahaya, tergantung dari posisi tempat Anda melihat. "Seseorang tidak dinilai sebagai pakar tafsir bila tidak mampu menghidangkan aneka makna yang benar terhadap ayat-ayat al-Qur'an," begitu pandangan pakar-pakar al-Qur'an.
Untuk menetapkan arti satu kata saja harus mempertimbangkan apa yang diistilahkan dengan al-ihtimalat al-'asyr, yakni sepuluh kemungkinan yang harus dipilah berkaitan dengan riwayat-riwayat tentang: (1) makna kata itu; (2) gramatika (nahwu); (3) perubahan kata (sharf). Selanjutnya apakah kata dimaksud itu (4) ambigu (musytarak); (5) kiasan (majaz); (6) mengandung peralihan makna; atau (7) sisipan (idhmar); atau (8) pendahuluan atau pentakhiran (taqdim wa ta'khir), atau tidak mengandung hal-hal tersebut. Selanjutnya perlu juga diketahui apakah ayat itu mengandung (9) pembatalan hukum (naskh); (10) penolakan yang logis (al-mu'ridh al-'aqly) atau tidak.
Hadits didefinisikan oleh ulamanya sebagai segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw., baik ucapan, perbuatan, dan taqrir (pembenaran atas apa yang beliau lihat atau ketahui), maupun sifat fisik dan psikisnya, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya.
Tidak semua ucapan, perbuatan, atau pembenaran dari Muhammad saw. dapat dinilai sebagai wahyu dari Allah swt. Bukankah ada di antaranya yang ditegur/diluruskan secara langsung oleh Allah swt.? Bukankah ada pula ucapan beliau dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dunia yang ternyata meleset sehingga pada akhirnya beliau menyatakan, "Kalian lebih mengetahui (daripada aku) tentang urusan dunia kalian?"
Memang al-Qur'an surat an-Najm [53]: 3-4 menyatakan bahwa beliau, tidak berbicara dari hawa nafsu/kepentingan beliau, tetapi (apa yang diucapkannya) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Ayat ini jika dibaca berdiri sendiri, lepas dari konteks dan lanjutannya, dapat menjadi alasan untuk menyatakan bahwa semua ucapan Nabi Muhammad saw. adalah wahyu, Tetapi bila dipahami bahwa ayat-ayat tersebut tersebut turun dalam konteks sanggahan terhadap tuduhan bahwa al-Qur'an adalah buatan Muhammad, maka tentu saja yang dinyatakan sebagai "wahyu yang diwahyukan" kepadanya itu hanyalah al-Qur'an, bukan semua ucapan beliau. Pandangan ini diperkuat oleh lanjutan ayat tersebut yang menyatakan bahwa: Ia diajar oleh (Jibril) yang amat kuat (QS. an-Najm [53]: 6)
Demikian, hendaknya kita tidak sembarangan lagi dalam menafsirkan al-Qur'an dan menetapkan hukum menurutnya. Wallahu a'lam.