Jumat, 19 Maret 2010

Aku menulis karena aku ingin menulis

Aku tak punya bakat sedikit pun dalam menulis. Berbeda dengan orang lain, yang di dalam pikirannya sudah terpapar ide-ide brilian untuk mengarang suatu cerpen, novel, esai, puisi, bahkan karya ilmiah, aku tak bisa berkarya sehebat mereka, tapi walau begitu, menulis adalah salah satu cara untuk menyalurkan segala kegundahanku, kemarahanku dan kesedihanku, yang bertumpuk-tumpuk dalam hati ini, karena aku tak bisa menyalurkannya pada orang lain. Kebanyakan aku menulis karena tuntutan emosi, bukan keinginan, tapi berkat itu tulisanku menjadi murni dan lebih berwarna.
Pernah dalam tugas B.Indonesia kami diperintahkan untuk membuat cerpen, yang terpilih akan ditampilkan di mading sekolah. Lalu aku menulis cerpen tentang aku dan teman-temanku saat di study tour, hasilnya cerpenku terpilih untuk mengisi mading, bahkan karena cerpen yang kutulis berada di dalam karton besar yang kuhias-hias, ia sampai memenuhi papan mading sehingga dalam mading tersebut hanya ada cerpenku.
Aku menulis karena itu membuatku sangat lega, membuat pikiranku termotivasi, hatiku tak bersedih lagi, dan jiwaku bersemangat kembali. Yang sering kutulis, tentunya adalah pengalaman masa laluku. Karena ketika aku menulis pengalamanku, aku seperti mengenang teman-temanku, guru-guruku, orang tuaku, dan semuanya yang aku sayangi. Mereka seperti hadir kembali dalam pikiranku, mensupportku, sehingga aku dapat menguatkan diriku dalam masa-masa yang pahit.
Aku menulis, karena aku sangat mencintai mereka, mencintai semua orang yang telah dan akan berpisah dengaku. Aku menulis, sebagai cetak hitam perasaanku, agar mereka tahu, bahwa aku masih mencintai mereka.

0 comments: