Sabtu, 13 Maret 2010

Kangen



Malam yang sepi, ketika tak ada hal menarik untuk dilakukan, atau ketika tak ada bayang-bayang masa depan yang menyenagkan akan datang, aku selalu ingat akan masa laluku. Masa laluku bisa dibilang tak ada yang pantas dibanggakan, tapi aku belajar banyak hal disana, pelajaran mengenai kehidupan, sekarang dan setelah, karena tak ada yang lebih penting dari itu. Bagian yang menyenangkan dari masa laluku juga hanya 2,5 tahun sebelum aku kuliah, sebelum dari itu bisa dibilang malah mengesalkan, tetapi aku sekarang tahu, bahwa sebab dari masa-masa mengesalkan itu adalah "aku" sendiri, lagipula masa-masa itu juga adalah pelajaran yang amat berharga bagiku.
Ketika pertama kali masuk paskibra misalnya, sungguh luar biasa instruktur paskibra (kakak kelas 2) itu mengajariku, terutama Kang Aldi, baru pertama kali dalam seumur hidupku aku disupport habis-habisan hanya untuk bisa jalan di tempat dengan baik (karena memang dulu (sekarang juga sih tapi tak separah dulu) badanku lemah dan loyo habis-habisan). Dan juga saat pelantikan, yang pada hari sebelumnya temanku Nanda datang ke rumah memberi tahuku mengenai barang-barang yang akan dibawa untuk pelantikan besok karena minggu itu aku tidak ikut latihan. Esoknya, pada saat pelantikan aku datang dengan santai, sedangkan teman-temanku terlihat sangat cemas, rupanya aku belum tahu apa yang dimaksud dengan "pelantikan" itu sendiri. Teman-temanku memberitahuku hal-hal mengerikan mengenai pelantikan paskibra, sampai mau pulang rasanya hingga temanku Agnes berkata bahwa pelantikan paskibra itu hanya satu kali saja, padahal yang sebenarnya ada tiga kali. Ternyata memang benar bahwa pelantikan paskibra itu adalah hal yang amat menyeramkan, walaupun memang menambah ikatan kekeluargaan kami teman seangkatan paskibra, sampai-sampai saya harus pura-pura menangis pada saat pertama kalinya kumpul barisan di pelantikan pertama saya (maaf ya teh nur, hehehe). Emak (Ria) dan Ayah (Teddy), palu dan bulu kami (ceritanya mereka orang tua kami dalam paskibra), benar-benar habis-habisan mendapat hukuman karena tanggung jawabnya kepada kami, teman seangkatannya. Saya benar-benar tak tega dan kagum sekaligus, terutama pada Teddy, karena biar bagaimanapun dia dimarahi air mukanya tetap tegas dan tidak menunjukkan kelemahan sedikitpun, sampai pernah suatu ketika pada saat latihan aku lupa membawa topi, dan aku mencari-carinya di berbagai tempat karena biasanya anak-anak suka meninggalkan topinya di kolong meja (terutama aku, hahaha) hingga aku menemukan topi berlabel sekolah lain, karena takut akan dimarahi, sebelum memakainya aku menanyakannya pada Teddy mengenai topi itu, boleh dipakai atau tidak, Teddy meyakinkanku bahwa itu boleh dipakai sampai-sampai akhirnya dia menukar topinya sendiri karena aku terlalu ragu dan takut. Saat sudah jam 1 dan kami mulai duduk siap grak, sungguh jackpot sekali, alumni tergalak sedunia, dengan sangat kebetulan dan tumbennya, "Teh Reka" (orang yang masuk rekor paling banyak menamparku), datang. Dan dia melihat topi itu beserta label sekolahnya di meja Teddy, didampratlah temanku yang satu ini habis-habisan, sungguh tak enak hati rasanya, dan tentu saja setelah itu aku minta maaf, tapi seperti biasanya, hal itu bagaikan angin lalu baginya, hebat sekali. Ria juga begitu (emak paskibra angkatan kami), sangat tegar, walaupun amat sangat dramastis ketika setiap melihatnya menangis, karena memang sudah sepantasnya ia menangis, aku tak heran kalau ada siswi yang ingin melepas jabatan itu karena memang jabatan itu tak menyenangkan sekali. Walaupun pelantikan-pelantikannya amat sangat berkesan, tapi kenangan yang paling berkesan adalah ketika aku mengikuti lomba paskibra di Tengaw bersama mereka. Memang cuma satu kali itu saja aku ikut lomba karena siapapun akan sangsi kalau bisa menang bila mengikutsertakan aku, bahkan temanku "Rahmad", si anak baru yang tak jelas dia angkatan 12 atau 13, pernah ikut lomba dua kali di sekolahku, walaupun memang yang kedua itu aku yang paksa karena tak ada anggota lagi yang siap atau pantas. Pernah suatu kali itu setelah seminggu (atau dua minggu? lupa) lamanya aku mengorbankan waktu liburanku untuk latihan, dihancurkan oleh sebuah pengumuman dari senior mengenai siapa saja yang akan ikut lomba di Balkot, bisa dilihat, aku tak masuk, dan entah kenapa aku menangis pada saat itu, tak jelas, aku sendiri tak mengerti kenapa aku menangis, bukan sesuatu yang kurencanakan dan kupahami, reflek saja. Sungguh sangat memalukan karena aku menangis di depan juniorku, sudah kututup-tutupi dan kuusahakan berhenti tapi tak kunjung reda dan kelihatan juga. Ria sampai kesal kepadaku dan menyuruhku berhenti karena memang kelas 1 dan 2 sedang berkumpul bersama saat itu dan itu sangat memalukan, langsung kubilang saja aku tak menghentikannya karena tak tahu kenapa, saat aku minta izin pulang mereka malah tak membolehkan karena tak enak kepadaku, lantas aku harus bagaimana? membiarkan diriku dalam keadaan memalukan begitu? Langsung saja aku pergi menyendiri ke pos satpam sampai tangisanku berhenti, entahlah kawan, secara sadar 100% sebenarnya aku tak menangis, mungkin ini terjadi karena aku sangat kecewa. Aku ingin pulang saat aku sedang menyendiri, tapi tasku ditahan mereka, langsung saja ketika mereka latihan dan tak melihatku aku langsung mengambil tas dan pulang. Dua minggu kemudian, Rahmad datang ke rumahku, atas alasan yang tidak jelas, mungkin dia datang karena tidak enak padaku, dia menceritakan mengenai kekalahan prawira 2 di balkot yang ceritanya agak mengerikan, aku bingung, setelah beberapa saat aku baru ingat bahwa ada lomba di balkot, memang setelah sampai di rumah saat itu aku benar-benar tidak mau memikirkan mengenai lomba lagi, dan akhirnya aku benar-benar lupa, untunglah bagiku. Nah mungkin kejadian-kejadian itu yang membuat aku sangat amat bahagia ketika mengikuti lomba, ketegangannya, tanggung jawabnya, rasa malu kami pada sekolah karena selama kami ikut lomba belum pernah menghasilkan tingkatan juara apapun, setelah kami selesai tampil aku menangis deras sekali, lagi-lagi atas sesuatu yang tidak terlalu kupahami dan apalagi kurencanakan, selesai pengumuman pemenang pun lagi-lagi aku menangis lebih deras lagi, walaupun hanya juara harapan 1 tapi kami sangat bahagia karena akhirnya our last plan in this organization selesai juga, kami saling berpelukan, berterima kasih, sambil menangis deras tentunya. Dan itu kawan, indah sekali rasanya.


(To be continue, hehehe)

0 comments: