Sudah satu tahun setengah aku di UI, dan aku masih mencari kebahagiaan yang sama seperti yang kudapatkan dulu, sayang aku belum menemukannya hingga saat ini, tapi yang kulihat, Allah sengaja membiarkanku untuk mencarinya tanpa memberi pikiran untuk menyerah.
Tepat saat aku kelas 11, aku memilih tempat duduk yang paling depan, dekat dengan meja guru, aku sengaja memilih tempat itu agar tidak ada satupun yang berniat duduk denganku, karena yah... cowok tidak suka tempat duduk depan yg dekat guru kan? dan rencanaku berhasil.
Aku masih belum bisa menyadari eksistensiku waktu itu (berfilsafat. red) intinya aku masih polos (bocah) sekali, mudah untuk ditipu dan mudah untuk tersinggung. Aku mengenal persahabatan yang sangat bagus, berbeda dengan masa SMP atau SDku dulu. Di paskibraku, aku seperti punya kakak yang sangat perhatian denganku, satu hal yang sebelumnya belum pernah aku miliki, lalu aku punya teman-teman yang siap berkorban untukku, tanpa sadar aku sangat mencintai mereka, padahal aku masuk paskib ini karena kecelakaan dan sampai aku lulus aku tetap rutin mengikuti pertemuan ataupun latihannya, sesuatu yang jarang aku lakukan.
Sampai ke kelas 11 ini aku berniat untuk tidak berteman dengan siapapun kecuali mungkin anak2 paskib. Jujur saja, banyak sekali sakit hati yang kuhadapi karena memang akibat kebodohanku sendiri. Disebelah tempat dudukku ada sheilla dan lusi, lalu dibelakangku ada sekar dan nindya. Aku mudah bergaul dengan sheilla dan lusi karena pada dasarnya wanita berjilbab itu tidak berisiko untuk dijadikan teman karena mereka baik, dewasa, dan bisa diandalkan (untuk hal2 baik juga tentunya). Lalu aku tak tahu apa yang Allah rencanakan untuk menyempurnakan kebahagiaan atas persabatanku, dan munculah si rahmad itu. Sepertinya dia sama denganku, polos, tapi dia lebih sering menerima kepahitan hidup jadi dia lebih dewasa dariku. Hal mengerikan yang tak bisa kulupakan (sekarang malah kutulis) dengannya adalah ketika aku sok memarah-marahi dia saat pelantikannya, itu hal paling mengerikan ke-2 setelah pengalaman menulis surat marah kepada seseorang (nah, kutulis lagi, toh aku tidak bisa melupakannya).
Banyak hal luar biasa yang kulalui saat kelas 11 dan 12. Hal yang kukira tidak bisa dimengerti oleh filsus-filsuf barat itu. Mungkin banyak orang menganggap bahwa aku sakit hati ketika dimarah2i kakak kelas ataupun ditampar olehnya, tapi kenyataannya tidak, memang aku takut, tapi didalam sini aku merasa sangat bahagia, apalagi dengan adanya teman-teman yang selalu bersamaku. Itu semua pengalaman di paskibraku selama 2 tahunan dan ditutup dengan ending paling membahagiakan sedunia, sebuah ending yang tidak akan dimengerti oleh orang yang hanya melihat dari luar objek, yaitu paskibraku mendapat juara harapan 1.
Lalu di Sc2 juga aku mempelajari banyak hal, pernah saat wudhu aku terpikir bagaimana jadinya ketika aku keluar dari sini nanti, aku sudah sangat bahagia di sini, aku masih ingin belajar banyak hal lagi dari mereka, tapi toh aku akan keluar, aku akan mencari teman baru dan pengalaman baru yang sama dengan kebahagiaan murni yang kudapat di sini. Mereka, benar-benar aneh dan mengagumkan, mereka tidak sempurna, bukan penemu luar biasa, bukan orang hebat yang luar biasa juga, tapi kesatuan mereka benar-benar bisa mengalahkan apapun, aku belum pernah melihat sebelumnya, penyatuan pribadi masing-masing orang yang saling melengkapi, saling membahagiakan, dan saling memberi kesetiaan. Tentu saja di kesatuan ini hal-hal yang paling penting ternyata adalah guru-guruku sendiri, yang menjadi bearer atas kesatuan itu jika terjadi cekcok ataupun ancaman atas persahabatan kami. Guru2 smavo semuanya luar biasa, semuanya baik2, mengapa bisa begitu ak juga tidak tahu. Aku merasa tidak pantas meninggalkan mereka begitu saja tanpa membalas mereka dengan budi yang setimpal yang tak mungkin bisa kulakukan.
Tapi tentu saja, diatas semua itu haruslah ada Allah dan keluarga, aku belum begitu merasa bersyukur secara spontan (aku memaksakannya tentu). Walaupun begitu tetap saja diantara kami ada hubungan kuat yang tidak kami sadari, kadang2 aku ngeri, membayangkan salah satu dari kami kesakitan atau apa, aku tidak keberatan jika manusia meninggal karena toh memang harus dihadapi, tapi aku harap bukan meninggal yang sakit dan terhina.
Aku bersyukur bisa bertemu kalian, teman-teman paskibra, science 2, dan guru-guruku tersayang. Dan aku juga bersyukur sekali kita berpisah ketika kita sedang bahagia, bukan karena ada konflik atau apa, walau memang aku jadi rindu sekali.
Thank you again :)
0 comments:
Posting Komentar