Minggu, 21 Februari 2010

Pengalaman buruk, Mewarnai hidupmu

Judulnya mirip jargon salam X3, tapi bukan itu maksud judulnya. Setuju ga kalau semua pengalaman baik dan buruk yang mengesankan itu bakalan jadi harta tak tergantikan?, ini sih pendapat pribadi saya aja ya, soalnya saya udah biasa dapat pengalaman menyenangkan yang berkesan maupun berkesan tapi menyedihkan. Kalau diingat-ingat pun rasanya ingin tertawa sendiri.
Contohnya saja waktu itu, saat kelas 2 SMA saya kena penyakit types, harus di rumah sakit+menjalani liburan (untung setengah dari masa sakitnya pas liburan) selama sekitar 1 bulan, ga enaaaaaak banget di rumah sakit yang kerjaannya tidur mulu ga ngapa2in, walaupun kamarnya VIP juga. Akhirnya saya masuk juga ke semester baru, seneng banget rasanya bisa kembali ke rutinitas yang menyenangkan (kalo masuk pengen libur, kalo libur pengen masuk, dasar manusia!!). Waktu itu saya ke sekolah pakai seragam PDH (seragam paskib, keren lho, hahaha) dan saat mau upacara, ga ada anak paskib yang mau jadi tura (penjemput pembina upacara). Karena waktu itu saya lagi kangen-kangennya sama paskibra, saya langsung antusias mau menjalankan pekerjaan itu, padahal itu hari pertama saya masuk setelah sakit. Akhirnya pun saya jadi tura, dan waktu itu pas sekali yang jadi pembina adalah polisi yang mau mengadakan penyuluhan. Setelah saya menjemput polisi dan berdiri di samping pak polisi yang berceramah panjang lebar, tiba-tiba saja, Zzzzzzzzznggggg, pandangan mulai pudar, yang satu jadi dua yang dua jadi empat yang empat jadi sepuluh. Wah benar-benar bisa gawat kalau saya pingsan disini pikir saya, di hadapan polisi, anak kelas satu dua tiga, guru-guru, dan yang lebih menakutkan lagi di hadapan senior +junior paskib, pakai PDH lagi!. Langsung saja saya balik kanan daripada pingsan di tempat, saat saya berjalan tegak lurus (kata anak-anak si terhuyung-huyung) yang dimana semua orang ngeliatin saya, tiba-tiba pandangan saya langsung gelap, tapi anehnya saya masih berjalan waktu itu, ga sepenuhnya pingsan, cuma seperempat sadar. Dan "BRUUUUUK!!!" "AAAAAAAaaaaaaaa....." itu yang saya rasakan dan saya dengar, rupanya saya menabrak tiang tembok yang bertepatan di belakang guru-guru, persis. Guru-guru langsung heboh menangkap saya, dan dari anak kelas 1, 2, 3, semuanya tertawa kencang memotong ceramah pak polisi. Malukah? Entah kenapa tidak, bahkan ketika esoknya teman-teman saya tertawa melihat saya, beberapa teman baik saya seperti kiki berkata "maaf ya fal aku ketawa, habis lucu siiiih...".
Dan apa hikmah dari kejadian ini?. Pertama, guru-guru selalu percaya kalau saya izin pulang karena sakit (padahal karena mau nonton AAC atau mau pergi ke dufan sama keluarga, hahahaha (jangan dicontoh!)), yang dimana teman2 saya susaaaaaaaahnya minta ampun buat pulang kalo alasannya cuma sakit doang. Kedua, senior paskib jadi hati-hati kalau mau ngerjain atau nyuruh-nyuruh saya pas pelantikan, hahahahaha. Dan ketiga, hidup saya jadi lebih berwarna dan berarti. Entah kenapa saya jadi membuat kesimpulan bahwa yang buruk bukan pengalamannya, tapi kita yang menanggapinya, karena Allah tak pernah mendzalimi ciptaannya (wallahu a'lam lho...)

0 comments: