Sering saya dengar isi-isi surga, air terjun yang ada di bawah kaki kita, pakaian-pakaian indah, kolam susu dan madu. Terakhir kali yang paling mengerikan saya dengar kalau di surga itu setiap lelaki mempunyai dua bidadari, astagfirullah al-adzim, saya harap itu bukan kenyataan, bayangkan saja, saya sudah capek2 ngusir hawa nafsu dari benak saya, menggantinya dengan estetika yang baik, dan balasannya?? lucu sekali. Mungkin bagi orang-orang normal itu yang namanya kebahagiaan = bisa menuntaskan hawa nafsu sebesar-besarnya, tapi apakah anda tahu, orang yang sudah terbiasa memilih estetika daripada hawa nafsu itu amat sangat tahu apa arti kebahagiaan yang sesungguhnya, suatu kebahagiaan yang tidak akan pernah bisa dilihat oleh orang-orang yang memilih hawa nafsu sebagai kehidupannya.
Bagi saya, surga, adalah ketidak-bebasan. Lho? Kenapa? kok tidak bebas? mudah saja, kita bisa mengenal kebebasan karena kita memiliki sesuatu yang buruk dalam benak kita, contohnya saja kesombongan, bayangkan deh kalau di dunia ini ga ada orang yang punya kesombongan sedikit pun, ga bakal ada yg namanya perang, ingin lebih cantik, kaya, dll dari orang lain. Lalu apakah kita harus hidup monoton di surga? coba pertanyaan ini saya ubah, memangnya kalau hidup dengan hawa nafsu ini kita tidak monoton? Bayangkan saja orang2 barat itu, yang perbuatannya yg tidak mengenal estetika sudah tersebar kemana-mana (saya tidak mau menyebutkannya, anda terka saja maksud saya), tanya deh, apakah mereka bahagia? Kebanyakan orang2 yg sudah terbiasa itu akan merasa bosan, dan karena "gelap mata"nya mereka, mereka akan mencari kejahatan-kejahatan baru, terus terus terus sampai keburukan mereka meledak dan tidak ada sisa kebaikan lagi dalam diri mereka, dan mereka akhirnya dipermainkan oleh hawa nafsu mereka sendiri.
Dan apa itu surga menurut saya? Dimana tidak ada kebebasan dan keinginan untuk melakukan kejahatan. Dan untuk hawa nafsu? Saya harap surga yang ada di benak saya seperti piknik bersama bareng keluarga dan teman-teman, kerja bakti dengan gembira mencapai tujuan tertentu, dll, itu bukan termasuk hawa nafsu yg ga beres itu. Saya pikir ada masalah dengan bahasa yang kita pakai sehari-hari, harusnya hawa nafsu itu tidak melingkupi dengan apa yg dimaksud dengan estetika (keindahan, mudah2an dari awal saya nulis ini pada tau artinya), kesimpulannya, daripada saya hidup selamanya dengan sesuatu yang saya benci, saya lebih memilih untuk "tidak ada".
0 comments:
Posting Komentar