Sabtu, 20 Februari 2010

Organik atau Non-Organik?


Belakangan ini banyak masyarakat mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan organik setelah jamannya pertanian konvensional merajalela. Kerugian yang diakibatkan oleh sayuran dan buah-buahan berpestisida itu sepertinya sudah banyak diketahui oleh masyarakat walaupun belum sebagian besar dari mereka tahu. Beberapa tahun terakhir ini pertanian organik modern masuk ke Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Penekanan pada pertanian organik sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintesis. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai pertanian seperti teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang untuk menggantikan pertanian konvensional.
Rusaknya kesehatan Masyarakat
Kita semua pada dasarnya telah terbiasa mengkonsumsi makanan non-organik secara berketerusan. Kebanyakan dari makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. Makanan berpestisida ini dihasilkan oleh pertanian konvensional yang telah disebutkan tadi.
Pertanian konvensional adalah pertanian yang tergantung pada penggunaan bahan pupuk kimia dan pestisida. Pestisida kimia ini bahkan dapat menghambat produksi ‘flavonoid’ pada tanaman, yaitu senyawa alami yang dapat melawan kanker, penyakit jantung, dan memerangi disfungsi neurologis. Menurut data laporan tentang pestisida dalam makanan oleh The National Academi of Sciences (NAS) lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika disebabkan oleh makanan yang mengandung sampai tiga puluh macam pestisida karsinogen tesebut, padahal makanan itu adalah makanan yang biasa mereka makan.
Berbagai jenis pestisida dan potensi berbahaya bagi kesehatan manusia harusnya telah dirasakan dan ditanggulangi sejak dulu. Selain kanker, pestisida ini juga dapat mengakibatkan kelainan reproduksi, mutasi gen, kerusakan ginjal, dan berbagai pengaruh berbahaya lainnya.
Kasus ini diperparah dengan penampilan sayuran dan buah berpestisida yang lebih segar dibanding sayuran dan buah organik. Pernah dilakukan penelitian oleh pihak produsen bahan pengawet dengan menjejerkan strawberry sumbangan mereka dan dibandingakan dengan strawberry lokal, yang keduanya dibiarkan di atas piring dalam temperatur normal. Hasilnya strawberry lokal setelah beberapa saat mulai berair dan membusuk, sedangkan strawberry dengan pengawet setelah satu bulan pun tetap terlihat segar. Sebagian besar sayuran dan buah yang lebih awet disebabkan karena makanan tersebut disinar (radiasi). Radiasi ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan mengawetkan makanan, hanya saja beberapa metode radiasi menggunakan banyak energi elektron atau sinar X sehingga senyawa organik dalam tanaman pun dapat berubah. Dari hal ini kita dapat menilai bahwa sayuran dan buah yang justru dikerubungi oleh hama atau mudah membusuk adalah sayuran dan buah yang sehat dan tidak berbahaya. Sungguh menyedihkan mengingat masyarakat kebanyakan beranggapan sebaliknya.
Dilihat dari segi ekonomi, memang sayur dan buah dari hasil pertanian konvensional itu terbilang lebih murah daripada sayur dan buah organik. Sehingga masyarakat pun lebih memilih sayur dan buah non-organik. Dalam hal ini harusnya pemerintah dan para pengusaha agrobisnis ikut membantu, paling tidak dengan mengurangi pestisida yang digunakan dan mencampurnya dengan pembunuh hama tradisional, Sehingga masyarakat kecil dan menengah dapat menjangkau harga sayur dan buah organik. Bila penggunaan pestisida secara besar-besaran masih terus digunakan, tentunya akan lebih banyak lagi penyakit berbahaya yang tersebar, dan tentu lebih bijaksana dan ekonomis apabila kita menghindari penyakit-penyakit tersebut daripada mengobatinya.
Pertanian organik
Pertanian organik adalah sistem produksi tanam-menanam yang menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk kimia (pabrik), pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan. Tujuan utama dari pertanian organik sendiri adalah menciptakan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat dengan mengkonsumi makanan organik telah melembaga secara internasional yang memiliki syarat jaminan bahwa produk pertanian haruslah beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes), dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes).
Pertanian organik menawarkan kita harapan yang besar dengan kapasitas untuk membantu mengatasi beberapa masalah lingkungan yang paling kritis saat ini, yaitu: pemanasan global, kerusakan lingkungan, dan menipisnya persediaan pangan dan air di seluruh dunia. Dibandingkan dengan pertanian konvensional, pertanian organik menggunakan bahan bakar fosil dan air yang jauh lebih sedikit untuk menghasilkan panen yang sama. Terlebih lagi, ia mungkin dapat membantu memperlambat atau bahkan membalikkan efek perubahan iklim. Dalam salah satu penelitian yang paling lama terhadap pertanian organik, Institut Rodale yang ada di AS menemukan bahwa managemen tanah organik tidak hanya memperkecil penggunaan bahan bakar fosil, tetapi juga menyerap karbon dioksida dari udara dan menyimpannya sebagai karbon di dalam tanah.
Salah satu dari banyak keuntungan sistem pertanian organik lainnya adalah meningkatnya produksi ‘flavoid’ dalam tanaman. Senyawa yang harusnya berkurang karena bahan-bahan kimia ini dapat melindungi sel terhadap kerusakan oleh radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, dan proses penuaan yang berkaitan dengan kerusakan sel saraf.
Menurut penelitian yang dibiayai oleh Uni Eropa, buah dan sayuran organik pun memiliki antioksidan 50% lebih banyak, yang dipercaya oleh para ahli dapat menurunkan resiko kanker dan penyakit jantung. Menurut penelitian terkini yang lain, makanan organik juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh, tidur lebih nyenyak, dan konsumen akan memiliki berat badan yang lebih ringan dibandingkan dengan pengonsumsi makanan non-organik.
So, masihkah kita harus peduli dan mengkonsumsi makanan hasil pertanian konvensional secara rutin? Harga kesehatan itu ternyata relatif, jadi mulailah kita menabung kesehatan dalam diri kita dengan tidak menambah bibit-bibit penyakit yang menyebabkan harga kesehatan tersebut menjadi mahal.

0 comments: